Salah satu kemungkinannya adalah stres berkepanjangan yang dialami anak akibat perceraian.
Ketegangan dalam rumah tangga, pertengkaran antara orang tua, serta perubahan lingkungan—seperti pindah sekolah atau tinggal di dua tempat berbeda—dapat mempengaruhi kesehatan anak dalam jangka panjang.
Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa kesulitan dan ketidakstabilan di masa kecil dapat meningkatkan risiko stroke di usia lanjut.
Selain itu, tekanan darah tinggi juga dapat menjadi faktor penyebab. Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa perpisahan orang tua sebelum anak berusia 10 tahun berkaitan dengan tingkat hipertensi yang lebih tinggi di usia paruh baya, yang dapat meningkatkan risiko stroke.
Gangguan tidur juga umum terjadi pada anak-anak yang orang tuanya bercerai. Jika masalah tidur ini berlanjut hingga dewasa, risiko stroke juga bisa meningkat.
Para peneliti mencatat bahwa perubahan norma sosial dapat mempengaruhi hubungan antara perceraian orang tua dan risiko stroke di generasi mendatang.
"Karena perubahan norma masyarakat, belum jelas apakah generasi X dan milenial di Amerika akan mengalami hubungan serupa antara perceraian orang tua dan stroke seperti yang terlihat dalam sampel kami dari generasi Baby Boom dan Silent Generation," tulis para peneliti.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah hubungan ini tetap relevan di masa mendatang. (*)