CEO Klarna, misalnya, mengaku telah memangkas jumlah karyawannya dari 5.000 menjadi 3.800 dan berencana menguranginya lebih lanjut hingga 2.000 orang.
Situasi ini semakin kompleks setelah serangkaian perintah eksekutif tentang keamanan AI yang diterbitkan mantan Presiden Joe Biden dibatalkan oleh Presiden Donald Trump, sehingga perusahaan teknologi besar memiliki lebih sedikit regulasi.
Google bahkan baru saja mencabut larangan penggunaan AI dalam pengembangan senjata dan alat pengawasan.
Meski demikian, para peneliti mengingatkan bahwa kekhawatiran terhadap dampak teknologi terhadap kemampuan berpikir manusia bukanlah hal baru.
Sejak zaman Yunani kuno, Socrates menentang tulisan, Trithemius mengkritik mesin cetak, dan para pendidik skeptis terhadap penggunaan kalkulator serta internet.
Namun, studi ini menyoroti sebuah ironi dalam otomatisasi: ketika tugas-tugas rutin dikerjakan oleh mesin, manusia kehilangan kesempatan untuk melatih penilaian dan keterampilan berpikir mereka.
Akibatnya, saat menghadapi situasi tak terduga yang membutuhkan pemikiran kritis, mereka bisa menjadi kurang siap dan lebih rentan terhadap kesalahan.(*)