TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo — Setiap individu di Kota Gorontalo menyumbang rata-rata 0,6 kilogram sampah setiap harinya.
Angka ini merupakan hasil akumulasi dari total produksi sampah di kota tersebut yang mencapai 147 ton per hari.
Rizal Mooduto, Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan DLH Kota Gorontalo, menjelaskan bahwa angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah penduduk di Kota Gorontalo.
Namun, ia menekankan bahwa sampah yang dihasilkan tidak semata-mata berasal dari warga kota saja.
Baca juga: Tak Ada Perploncoan, Diksar Mahasiswa Biologi UNG Fokus Latih Fisik dan Mental
"Ini bukan hanya sampah penduduk Kota Gorontalo. Kota ini juga menjadi pusat kegiatan jasa dan industri. Masyarakat dari Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango, dan pendatang lainnya yang bekerja atau tinggal sementara di kota ini juga berkontribusi," ujar Rizal.
Menurutnya, aktivitas pendatang yang bekerja, berbelanja, atau sekadar singgah di Kota Gorontalo turut menambah volume sampah harian.
Sampah tersebut tersebar di seluruh kecamatan yang ada, tanpa ada daerah tertentu yang dapat disebut sebagai penyumbang terbesar.
Meski tidak ada data spesifik untuk setiap wilayah, Rizal menyebut kawasan Kota Tengah dan Dungingi sebagai daerah dengan jumlah perumahan terbanyak.
Sedangkan Kota Selatan, yang lebih padat penduduk dan memiliki banyak kegiatan usaha, menjadi salah satu penyumbang signifikan volume sampah.
"Dari segi kepadatan penduduk dan usaha, Kota Selatan memang menonjol. Namun, volume sampah dari setiap kecamatan relatif merata," jelas Rizal.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas di Kota Gorontalo, armada pengangkut sampah mulai kewalahan menangani limbah harian.
Rizal mengungkapkan bahwa beberapa tahun lalu, satu armada cukup untuk mengangkut sampah dalam satu rute perjalanan.
"Namun, saat ini kondisi sudah berbeda. Satu armada kini harus bolak-balik beberapa kali untuk menyelesaikan satu rute pengangkutan," ungkapnya.
56 Armada Angkut Sampah
DLH Kota Gorontalo memiliki setidaknya 56 armada angkutan sampah.
Jumlah tersebut terdiri dari 6 Arm Roll, 6 Puck Up, 25 Viar, 20 Dump Truck.
Namun kata Rizal, jumlah tersebut tidak beroperasi secara keseluruhan, beberapa di antaranya terpaksa "diistrahatkan" karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
"Ada yang sudah umur 20 tahun, lebih malah," kata Rizal.
Semakin tua umur armada pengangkut sampah, maka biaya operasional akan semakin membengkak.
Kendati ada penambahan armada baru, namun kata Rizal hal itu hanya menunjang peremajaan saja.
Ia menilai armada tambahan baru, justru lebih irit penggunaan bahan bakarnya.
Jadi kata Rizal total jumlah armada DLH tidak semuanya "sehat".
Kalaupun beroperasi, namun kapasitas muatannya tidak akan maksimal karena kondisi yang tidak memungkinkan.
"Kami sudah sering diperingati karena muatan kendaraan sampai overload," keluhnya.
Rizal selalu berpesan kepada para sopir armada pengangkut sampah agar senantiasa berhati-hati.
Selain sopir pengangkut sampah, DLH Kota Gorontalo memiliki 113 petugas penyapuan di lima rayon se-Kota Gorontalo.
"Selain itu ada juga petugas pembersih saluran sebanyak 16 orang," pungkasnya.
Retribusi sampah yang rutin dibayar masyarakat tidak hanya berfokus pada pengangkut sampah saja.
Ia menambahkan termasuk juga petugas penyapuan, pembersih saluran dan pemangkasan juga include di dalamnya. (*/Jian)