TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Rani Safitri merupakan pembawa baki pada upacara Hari Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia level Provinsi Gorontalo, Sabtu (17/8/2024).
Kepada TribunGorontalo.com Rani mengungkapkan bertapa gugupnya ia saat menjalani tugas penting tersebut.
Meskipun terpilih karena gerakannya yang maksimal dan pembawaannya yang tenang, Rani ternyata tidak bisa menyembunyikan perasaan gugupnya.
Meski penampilan yang terlihat tenang, Rani sebenarnya merasa sangat tegang, terutama saat menaiki tangga untuk mengambil Sang Saka Merah Putih di hadapan Pj Gubernur Gorontalo, Rudy Salahuddin.
Baca juga: Profil Naila Rahmadani Abdul, Pembawa Baki pada Upacara HUT Ke-79 RI di Bone Bolango Gorontalo
"Deg-degan sekali, tremor saya sebenarnya," ungkap Rani kepada TribunGorontalo.com, Sabtu (17/8/2024).
Rasa gugupnya semakin bertambah ketika semua mata tertuju padanya, terutama dari para pejabat yang hadir di upacara tersebut.
Rani mengaku, ia belum pernah merasakan pandangan serentak seperti itu sebelumnya.
"Semua mata, apalagi pejabat-pejabat, pasti ke saya. Kalau saya buat satu kesalahan kecil pun pasti dilihat," imbuhnya.
Untuk mengatasi kegugupannya, Rani memutuskan untuk fokus pada kancing baju Gubernur selama ia berada di hadapannya, daripada menatap langsung matanya.
"Cuma lihat kancing baju, saya tidak berani menatap matanya," lanjutnya.
Sebagai siswi dari SMK 1 Mootilango, Kabupaten Gorontalo, Rani merasa bahwa menjadi pembawa baki adalah kesempatan besar dalam hidupnya.
Karena itu, ia bertekad untuk menjalankan tugas tersebut sebaik mungkin. Ketika upacara kenaikan bendera selesai tanpa kendala, Rani tidak bisa menahan air mata haru dan syukurnya.
"Alhamdulillah, tinggal satu tugas lagi," tandasnya, merujuk pada tugas upacara penurunan bendera yang masih harus dilaksanakan.
Tidak hanya Rani yang merasakan gugup. Mohammad Hatta K. Mamonto, yang bertugas sebagai Komandan Kelompok 8, juga mengungkapkan perasaannya saat menjalankan tugas.
"Gugup sekali, saya takut aba-abanya tidak tepat sasaran," ujarnya.
Namun, seperti halnya Rani, Hatta juga belum bisa berpuas diri. Ia masih harus menghadapi satu tugas lagi, yaitu sebagai Komandan Pasukan 17 (Danpas) pada upacara penurunan bendera.
"Masih ada satu lagi. Kalau tadi saya hanya mengarahkan 12 orang, sebentar lagi saya harus mengarahkan pasukan yang lebih banyak," tutupnya dengan tekad. (*)