Isu Antraks di Gorontalo

3 Kasus Antraks di Gorontalo hingga Gubernur Sulteng Keluarkan Surat Edaran

Penulis: Herjianto Tangahu
Editor: Fadri Kidjab
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi penyakit antraks

"Kenapa Provinsi Gorontalo dikatakan tertular? Antraks tidak akan bisa hilang dari tempat yang pernah ada kasus," jelas Asri.

Asrieana Dunggio, Dokter Hewan di Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Gorontalo (TribunGorontalo.com/Herjianto)

Untuk daerah yang pernah tertular antraks, kata Asrieana, dinamakan daerah endemis antraks.

Diketahui kasus antraks tahun 2016 itu menyerang ratusan ternak warga.

Menurut Asrieana, pihaknya saat itu memeriksa satu bangkai sapi yang tersisa dan mewawancarai pemilik ternak.

"Setelah diambil sampel dan diperiksa, ternyata positif," bebernya.

Selanjutnya selang dua tahun kemudian, di tahun 2018 kembali terjadi kasus sama. Namun hanya menyerang dua ternak.

Kemudian kasus ketiga terjadi di Kelurahan Daenaa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo tahun 2020.

Kasus itu diketahui saat mendapat laporan dari masyarakat di mana sebanyak 29-30 ekor sapi mati secara mendadak.

"Setelah kami turun ke lokasi, sudah tidak ada sapi, kan sudah dimakan," imbuhnya.

Adanya penyakit antraks diketahui dari kondisi fisik sang pemilik ternak.

"Tangannya sudah bengkak, antraks itu ciri khasnya pada manusia menyerang kulit," jelas Asri.

Namun kini pihaknya belum menemukan lagi adanya temuan kasus antraks di Kabupaten Gorontalo.

"Jika ada informasi sapi mati, kita akan periksa secara lab dan hasilnya negatif," tutupnya.

Selain itu Dinas Kesehatan disebut rutin vaksinasi ternak dan tidak berbayar.

Asrieana menegaskan saat ini Kabupaten Gorontalo nihil kasus antraks.


(TribunGorontalo.com/Herjianto)

 

Ikuti Saluran WhatsApp TribunGorontalo untuk informasi dan berita menarik lainnya