TRIBUNGORONTALO.COM -- Pakar pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Taryono, angkat bicara terkait melonjaknya harga beras di pasaran.
Ia menegaskan bahwa kenaikan harga ini bukan disebabkan oleh kelangkaan pasokan, melainkan karena musim tanam yang terlambat.
"Beras tidak langka, yang langka itu beras premium dari rice mill besar. Harga sudah lama mahal karena musim tanam terlambat," ungkap Taryono.
Baca juga: Prediksi Terbaru Shio Besok Minggu 25 Februari 2024 untuk Tikus, Kerbau, dan Macan
Taryono menambahkan bahwa impor beras dapat membantu memenuhi kebutuhan di pasaran.
"Beras impor sudah masuk, artinya stok di gudang masih cukup. Yang berkurang mungkin beras dari hasil panen petani," terangnya.
Untuk meningkatkan produksi dalam negeri, Taryono menekankan pentingnya intensifikasi pertanian yang ramah lingkungan. Namun, ia mengakui bahwa hal ini tidak mudah karena berbagai tantangan.
"Produksi dalam negeri belum optimal. Biaya usaha tani mahal, tenaga kerja sulit, teknologi penggantinya belum siap atau sudah siap tapi budaya masyarakat belum menerima," paparnya.
Baca juga: Kebakaran Mengancam Pohuwato, DPRD Provinsi Gorontalo Desak Pemkab Segera Sediakan Mobil Damkar
Taryono pun mengusulkan solusi alternatif, yaitu desentralisasi kedaulatan pangan.
"Saya usul desentralisasi kedaulatan pangan. Pangan tidak harus beras seperti sekarang," tegasnya.
Dosen Departemen Budidaya Pertanian UGM ini menjelaskan bahwa ketergantungan masyarakat pada nasi saat ini merupakan hasil dari politik beras sejak masa Orde Baru.
Padahal, setiap wilayah memiliki kekhasan dan potensi pangan masing-masing.
Baca juga: Ismail Padeti Berharap Bertemu Owan Boalemo, Beri Pesan Penting Ini
"Di Pantura Jawa Timur, masyarakat masih suka mengkonsumsi jagung. NTT, NTB juga sama. Di Merauke, transmigrannya bahkan menanam talas untuk sumber karbohidrat," terangnya.
Taryono juga mencontohkan bahwa di pesisir timur Sulawesi, masyarakat mengonsumsi sagu dengan beragam bentuknya.
"Dengan desentralisasi, saya yakin daerah akan lebih bergairah mengembangkan pangan lokal," pungkasnya. (*)