TRIBUNGORONTALO.COM - Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo menggelar aksi damai, dimana salahsatu tuntutan mereka merujuk pada BPIP yang dianggap tidak menunjukkan kerja nyata bagi masyarakat.
Namun protes terhadap kinerja BPIP ini ternyata bukan pemandangan baru.
Lebih dari sebulan lalu, Muhaimin, mengkritisi peran BPIP dalam menyatukan bangsa Indonesia melalui dialog yang jujur dan terbuka belum efektif.
"Mohon maaf, jujur saja saya ingin sampaikan, BPIP sebagai kekuatan yang terus memiliki tanggung jawab untuk menyatukan bangsa ini dalam satu dialog yang jujur, terbuka, efektif, belum berjalan secara maksimal," kata Muhaimin, saat menyampaikan sambutan selaku ketua Majelis Pembina Nasional Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam acara puncak peringatan Hari Lahir ke-62 PMII di Museum Nasional, Jakarta, dilansir dari Kompas.com, Senin (18/4/2022) lalu.
Menurutnya, saat ini masih terdapat amarah terpendam di tengah masyarakat Indonesia. Dia mengatakan, masyarakat masih terbelah.
Cak Imin mengatakan, perbedaan pandangan yang tajam di tengah masyarakat saat ini tercermin dari peristiwa pengeroyokan terhadap dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando pada pekan lalu.
"Pemukulan Ade Armando bukan peristiwa personal, pemukulan Ade Armando adalah peristiwa ada bara api yang masih terendam di dalam bangsa ini, ini harus dibuka dan dibicarakan sehingga tidak menyisakan apapun di kemudian hari," kata dia.
Dia pun mengusulkan supaya Kepala BPIP Yudian Wahyudi diganti. Muhaimin beralasan, BPIP di bawah kepemimpinan Yudian dinilai belum bekerja secara efektif.
"Kalau enggak efektif ya diganti saja, enggak apa-apa, menurut saya biasa saja, supaya lebih efektif," kata Muhaimin.
Menurut Cak Imin, Yudian keliru dalam mengambil langkah sejak awal menjabat sehingga ia sulit diterima oleh berbagai pihak.
"Begitu dilantik sudah salah omong. Sehingga banyak penolakan di kanan, banyak penolakan kiri," ujarnya. (*)