Warga Gorontalo Disekap
Agus Hilimi Korban Sindikat Kamboja Segera Pulang ke Gorontalo, Tiket Pesawat Sudah Dibeli
Agus Hilimi, seorang warga Desa Tolotio, korban dugaan penyekapan oleh sindikat scammer di Kamboja, akan segera pulang ke Tanah Air.
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM – Agus Hilimi, seorang warga Desa Tolotio, Kabupaten Gorontalo, korban dugaan penyekapan oleh sindikat scammer di Kamboja, akan segera pulang ke Tanah Air.
Tiket pesawat untuk kepulangannya sudah dibeli berkat bantuan dari berbagai pihak.
Saat ini, Agus telah berhasil melarikan diri dari perusahaan ilegal yang mempekerjakannya dan sudah berada di bawah perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja.
Kepala Desa Tolotio, Sandra Djafar Biu, mengonfirmasi kabar baik ini.
"Dia (Agus) telah berhasil melarikan diri ke KBRI," ujar Sandra kepada TribunGorontalo.com, pada Rabu (27/8/2025) malam.
Menurutnya, Agus tiba di KBRI sekitar pukul 10.00 Wita. Ia kini ditempatkan di fasilitas KBRI Kamboja sambil menunggu jadwal kepulangannya.
Bantuan dari Legislator dan Pemerintah
Kepulangan Agus tak lepas dari bantuan Pemerintah Kabupaten Gorontalo, dinas terkait, dan sejumlah legislator. Mereka berdonasi untuk membantu biaya kepulangan Agus ke Gorontalo.
"Saya sudah pesan tiket kepulangannya," ungkap Sandra.
Beberapa legislator Gorontalo, seperti Elnino Mohi, Jasin Dilo, dan Algazali Katili, serta organisasi Apdesi Merah Putih Kabupaten Gorontalo, ikut berkontribusi dalam penggalangan dana ini.
Rencananya, Agus akan terbang dari Phnom Penh, Kamboja ke Jakarta pada Jumat (29/8/2025) sore.
Setibanya di Jakarta, ia akan dijemput oleh Algazali Katili sebelum melanjutkan perjalanan ke Gorontalo untuk berkumpul kembali dengan keluarganya.
Sosok Agus Hilimi
Agus Hilimi, pria berusia 28 tahun, adalah warga Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo.
Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Saat ini Agus tinggal bersama ibunya karena ayahnya sudah meninggal.
Semua saudaranya sudah menikah, dan hanya ia yang belum.
Kronologi Dugaan Penyekapan

Peristiwa ini terungkap ketika Agus Hilimi mengaku disekap dan dimintai tebusan puluhan juta rupiah.
Melalui panggilan video pada Selasa (26/8/2025), Agus menceritakan awal mula ia terjebak sindikat perdagangan manusia.
Pada 7 Agustus 2025, Agus dibujuk temannya, Eby, untuk bekerja di Thailand dengan gaji Rp9 juta per bulan.
Namun, ia justru dibawa ke Kamboja dan dipaksa bekerja sebagai penipu online. Jika gagal mencapai target, ia dikenai denda sebesar 100 dolar AS (sekitar Rp1,6 juta).
"Saya tidak bisa komputer, jadi tidak tahu harus bagaimana. Saya tidak mau kerja menipu orang," tutur Agus lirih.
Ia juga diancam akan dijual ke perusahaan lain jika menolak. Gaji yang dijanjikan pun fiktif, sementara pihak perusahaan menuntut tebusan puluhan juta jika Agus ingin pulang.
"Saya sudah tidak tahan. Saya mohon pemerintah Indonesia bisa memulangkan saya," kata Agus dalam tangisannya.
Keluarga Agus di Gorontalo, termasuk sang ibu, Hadija B Tuli, mengaku telah melaporkan kasus ini ke Polda Gorontalo.
Namun saat dikonfirmasi, Kepolisian Daerah (Polda) Gorontalo menyatakan belum menerima laporan resmi terkait dugaan penyekapan Agus Hilimi.
"Sampai dengan hari ini, belum ada laporan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Gorontalo, Kombes Pol Desmont Harjendro, kepada wartawan, Rabu (27/8/2025).
Desmont menegaskan bahwa kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) adalah salah satu prioritas utama kepolisian.
"Segala bentuk kejahatan TPPO menjadi salah satu prioritas penanganan polisi. Kami terbuka untuk menerima laporan dari korban," ujarnya.
Desmont menambahkan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih rinci karena penanganan kasus ini melibatkan banyak pihak, mulai dari Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Gorontalo hingga Dinas Ketenagakerjaan.
(TribunGorontalo.com/Tim Redaksi)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.