Kasus Radikalisme
Aldi Awal Mantan Napi Teroris Gorontalo Ingatkan Bahaya Radikalisme di Medsos
Aldi Awal, mantan narapidana (napi) kasus terorisme membagikan tips mencegah radikalisme.
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM – Aldi Awal, mantan narapidana (napi) kasus terorisme membagikan tips mencegah radikalisme.
Radikalisme atau pemikiran ekstrem dalam mengusung perubahan sosial, politik, hingga keagamaan ini menjadi momok di Indonesia.
Untuk itu, Aldi Awal sebagai pria yang pernah terjebak dari paham tersebut, mengajak masyarakat Gorontalo untuk memahami cara menjauhi radikalisme.
Diketahui, Aldi pernah ditangkap di Gorontalo pada 2020.
Pria yang sempat mengubah namanya menjadi Zaid Ali Haidar kini telah bertaubat.
Aldi Awal sekarang menjadi salah satu sosok terdepan melawan radikalisme.
Pada Minggu (1/6/2025) malam, Aldi turut serta dalam program nonton bareng (nobar) yang diinisiasi Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Gorontalo, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror, dan Satgaswil Gorontalo Polahi Task Force.
Pemutaran film "Sayap-Sayap Patah II: Olivia" itu dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, serta para jurnalis dan influencer media sosial dari Instagram, TikTok, dan Facebook.
Tips cegah radikalisme
Aldi mengungkapkan bahwa film tersebut membawa pesan penting, terutama tentang bagaimana Densus 88 beroperasi secara profesional dan bagaimana masyarakat perlu waspada.
“Kalau saya lihat dari film tadi itu, Densus memang lebih profesional. Dulu saya belum sempat melakukan aksi peledakan, sudah ditangkap,” ujarnya saat diwawancarai TribunGorontalo.com seusai nobar di XII Gorontalo, Minggu (1/6/2025) malam.
Aldi mengaku dirinya pernah menjadi spesialisasi peledakan dalam jaringan Isis yang dia ikuti, namun tertangkap sebelum melakukan aksi.
Menurut Aldi, radikalisme saat ini justru berkembang lewat media sosial. Tidak ada pertemuan antarpemimpin kelompok dengan anggota teroris.
“Kalau sekarang itu ISIS, jaringan yang kemarin itu, kekuatan mereka di media sosial. Mereka tidak bertemu langsung, tapi menjaring lewat media sosial,” ungkapnya.
AA juga memberikan pesan dan tips untuk masyarakat agar tidak terjerumus dalam jaringan teroris.
“Kalau di film tadi itu kan terlihat pentingnya keluarga. Saya juga dulu, waktu saya terjaring, orang tua saya tidak tahu. Jadi yang penting adalah menjaga hubungan keluarga dan selalu waspada,” ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.