Hikmah Ramadan 2025

Hikmah Ramadan: Merawat Kemabruran Puasa Antara Istighfar dan Taubat

13 Ramadan 1446 H, Menteri Agama Prof Dr KH Nasaruddin Umar memberikan tips Merawat Kemabruran Puasa yaitu Antara Istighfar dan Taubat.

TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Hikmah Ramadan: Merawat Kemabruran Puasa Antara Istighfar dan Taubat. Istighfar adalah ungkapan spontanitas seorang hamba yang baru saja menyadari kekhilafannya dengan mengucapkan kalimat istighfar, misalnya astagfirullahaladzim. Sedangkan taubat lebih dari sekedar itu. 

TRIBUNGORONTALO.COM-Tribunners, kita akan memasuki pertengahan bulan suci Ramadan, hari tepat Ramadan ke 13, maka itu perbanyak Istighfar dan memohon ampun kepada sang maha pencipta Allah SWT.

13 Ramadan 1446 H, Menteri Agama Prof Dr KH Nasaruddin Umar memberikan tips Merawat Kemabruran Puasa yaitu Antara Istighfar dan Taubat.

Lain istighfar lain taubat. Istighfar adalah ungkapan spontanitas seorang hamba yang baru saja menyadari kekhilafannya dengan mengucapkan kalimat istighfar, misalnya astagfirullahaladzim. Sedangkan taubat lebih dari sekedar itu.

Taubat menuntut persyaratan lebih banyak. Dalam kitab Hadâiq al-Haqâiq karya Muhammad bin Abi Bakar bin Abd Kadir Syamsuddin Al-Razi (W. 660 H), taubat disyaratkan dengan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, mengucapkan kalimat istighfar, seraya menyesali perbuatan dosa dan maksiat itu, bertekad dalam hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.

Baca juga: 9 Anggota Polda Gorontalo Berpangkat Komisaris Besar Polisi Dimutasi, Berikut Daftarnya

Sebagian ulama menambahkan syarat meminta maaf kepada mereka yang telah dianiaya dan mengembalikan hak-hak mereka, mengganti perbuatan dosa dan maksiat itu dengan amal kabajikan, menghancurkan daging dan lemak yang tumbuh dalam dirinya yang berasal dari sumber yang haram dengan cara al-riyadhah, yakni menjalani.

Latihan jasmani dan rohani dalam menempuh berbagai tahapan menuju kedekatan diri kepada Allah SWT, dan mujahadah, yakni perjuangan melawan dorongan nafsu amarahnya, tidak makan, minum, dan memakai pakaian kecuali yang bersumber dari yang halal, dan mensucikan hati dari sifat khianat, tipu daya, sombong, iri hati, dengki, panjang angan-angan, lupa terhadap kematian, dan yang semacamnya. Dengan demikian, taubat lebih berat daripada istighfar.

Taubat dalam kitab Ihya ’Ulumuddin karya monumental Al-Ghazali (W. 505 H), mengisyaratkan ada tiga tingkatan. 

Pertama, taubatnya orang awam, yaitu taubat dari dosa dan maksiat. 

Kedua, taubatnya orang khawas, yaitu taubat tidak karena melakukan dosa atau maksiat melainkan taubat karena alfa melakukan ketaatan yang bersifat sunnah, misalnya meninggalkan shalat dhuha, shalat tahajud, puasa Senin-Kamis, dll.

Ketiga, taubatnya orang khawashul khawash, yaitu taubat bukan karena dosa dan maksiat atau meninggalkan ketaatan sunnah, apalagi wajib, melainkan taubat karena berkurangnya nilai khusyu dari seluruh rangkaian rutinitas ibadah yang dilakukan.

Bagi golongan ini, alfa sedikitpun tidak mengingat Allah Swt dirasakan seperti melakukan dosa, sehingga ia berusaha untuk menutupi kelemahan-kelemahan itu dengan taubat dan istighfar.

Rasulullah SAW, pernah ditanya oleh istrinya, ’Aisyah RA, mengapa engkau menghabiskan waktu malammu untuk beribadah, bukankah engkau seorang Nabi yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT? Rasulullah menjawab singkat, ”Apakah aku tidak termasuk hamba yang bersyukur”.

Dari sini bisa dipahami bahwa porsi makna taubat  tidak hanya sekedar pembersihan diri dari dosa dan maksiat tetapi lebih banyak bermakna mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT (taqarrub ilallah).

Baca juga: Hikmah Ramadan: Cara Merawat Kemabruran Selama Puasa Ramadan dan Memahami Peringkat Doa

Dalam perspektif tasawuf, para ulama menempatkan istighfar dan taubat sebagai maqam atau anak tangga pertama dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Maqam-maqam berikutnya seperti sabar, qana’ah, faqir, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, dan ma’rifah akan menyusul dengan sendirinya jika maqam taubat sudah dituntaskan. 

Dengan kata lain, istighfar dan taubat adalah anak tangga yang harus dilalui seorang hamba. 

Siapapun dan apapun kedudukan dan status seseorang, termasuk Rasulullah SAW sendiri senantiasa menjalankan taubat. 

Bahkan ’Aisyah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah tidak pernah kurang 100 kali mengucapkan lafaz-lafaz istighfar. Istighfar dan taubat akan meringankan beban hidup seseorang. Wallahu a’lam.

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved