Human Interest Story
Cerita Iwan Abdullah, Sosok Pemulung di TPA Talumelito Gorontalo
Iwan (42), pemulung asal Desa Talumelito, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, menceritakan perjuangannya mencari nafkah.
Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
TRIBUNGORONTALO.COM – Iwan (42), pemulung asal Desa Talumelito, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, menceritakan perjuangannya mencari nafkah.
Iwan setiap hari pergi bekerja mulai pukul 07.00 Wita. Ia berjalan kaki dari rumahnya menuju tempat pembuang akhir (TPA) Talumelito.
Iwan kerap mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual.
"Pulang nanti kalau saya rasa sudah banyak. Jadi kadang pulang siang, kadang dekat magrib," kata Iwan kepada TribunGorontalo.com, Selasa (11/3/2025).
Diceritakan Iwan, ia rela bergelut di tempat kusam dan berbau tak sedap demi membiayai tiga anaknya.
"Anak saya masih sekolah SD dan SMP, jadi mereka alasan saya hingga kini bekerja," ujarnya.
Iwan mengaku tak malu jadi pemulung bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga.
"Kalau kita malu, siapa yang akan kasih makan? Saya kerja untuk makan dan kebutuhan sehari-hari," tutur Iwan sembari mengais-ngais sampah.
Sampah-sampah dipilah Iwan dan dimasukkan ke dalam karung yang dibawanya.
Walau sesekali napasnya tersengal-sengal, Iwan begitu kuat memikul karung sampah itu.
Kata Iwan, ia sering mengumpulkan sampah plastik dan kardus. Semuanya akan dijual ke tempat penampung barang bekas.
Baca juga: Cerita Yodin Wumu Petugas Sampah di Kota Gorontalo, Sering Temukan Dompet Berisi Uang
"Biasanya dalam sehari saya bisa mengumpulkan 20 karung sampah," jelas Iwan.
Dalam 1 kilogram sampah plastik, Iwan bisa mendapatkan Rp 1.500. Sementara 1 kilogram kardus dibayar Rp 1.000.
Menurut Iwan, faktor cuaca menjadi tantangan tersendiri baginya.
"Biasanya hujan deras kadang kami harus berhenti dulu sampai kondisi memungkinkan untuk mengais sampah lagi," lanjutnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.