Universitas Negari Gorontalo

Perjalanan Karier Sopir Bus Kampus Universitas Negeri Gorontalo, Dulunya Kemudikan Mobil Ekspedisi

Gorontalo – Menjadi sopir bus kampus bukan sekadar soal mengantar mahasiswa dari satu tempat ke tempat lain. 

|
Penulis: Redaksi | Editor: Wawan Akuba
FOTO: Sulistia Umar Ontalu
SOPIR BUS - Tamin Olii, sopir bus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) berusia 39 tahun. 

Penulis: Sulistia Umar Ontalu, Mahasiswa Magang UNG

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Menjadi sopir bus kampus bukan sekadar soal mengantar mahasiswa dari satu tempat ke tempat lain. 

Bagi Tamin Olii, sopir bus Universitas Negeri Gorontalo (UNG) berusia 39 tahun, profesi ini penuh tantangan, tanggung jawab besar, serta suka duka yang mewarnai kesehariannya.

Saat ditemui pada Rabu (19/02/2025), Tamin berbagi kisah perjalanan kariernya.

Ia mulai mengemudikan bus kampus sejak akhir 2007, setelah sebelumnya bekerja sebagai sopir mobil ekspedisi selama hampir empat tahun.

“Sebelum di bus kampus, saya sempat jadi sopir mobil ekspedisi. Pengalaman itu jadi bekal untuk pekerjaan saya sekarang,” tuturnya.

Sebagai sopir bus kampus, Tamin menjalankan tugas dengan jadwal yang cukup padat.

Setiap hari, bus kampus beroperasi enam kali pulang-pergi (PP), dengan empat unit bus yang melayani perjalanan antar kampus. “Setiap jam pasti ada bus yang jalan. Jadwalnya ketat, jadi kami harus selalu siap dan tepat waktu,” jelasnya.

Tanggung jawab besar melekat pada profesi ini, terutama terkait keselamatan penumpang.

“Risiko paling berat adalah menjaga keselamatan semua mahasiswa yang saya bawa. Saya harus selalu berhati-hati, apalagi jumlah penumpang sering kali banyak,” kata Tamin.

Namun, di balik tantangan tersebut, ia tetap menikmati pekerjaannya.

Bertemu banyak mahasiswa setiap hari menjadi salah satu kebahagiaan tersendiri baginya.

“Suka duka pasti ada. Sukanya, saya bisa bertemu banyak mahasiswa dan merasakan suasana kampus setiap hari. Tapi dukanya, kadang harus menghadapi kondisi lalu lintas yang tidak menentu dan jadwal yang padat,” ungkapnya.

Dari pekerjaannya ini, Tamin menerima pendapatan sebesar Rp 2.540.000 per bulan.

“Alhamdulillah, cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga,” ujarnya dengan penuh syukur.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved