Human Interest Story

Sosok Yamin Pakaya, Suka Rela jadi Penjaga Menara Keagungan Limboto Gorontalo meski Tak Diupah

Menara Keagungan Limboto menjadi ikon Kota Limboto di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Penulis: Jefry Potabuga | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Jefry Potabuga
Sosok Yamin Pakaya, penjaga Menara Limboto sejak tahun 2003. 

Namun ia tetap bersyukur meski tak diupah, sebab Yamin masih bisa menerima uang retribusi dari pedagang yang berjualan di sekitar menara. Mereka membayar retribusi dalam hitungan hari.

"Saya belum ada gaji, cuma yang memungut retribusi pedagang di sini saya, jadi saya yang mengatur mereka. Pemungutan itu ada per hari dan per bulan," ujarnya.

Menara Keagungan Limboto
Penampakan Menara Keagungan Limboto dari Masjid Agung Baiturrahman Limboto (TRIBUNGORONTALO/HERJIANTO TANGAHU)

Baca juga: Paras Cantik Menara Keagungan Limboto Gorontalo Malam Hari

Yamin menuturkan, setengah dari retribusi masuk ke kas Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku.

"Saya pungut Rp5 ribu tiap malam. Karena pakai lampu di menara ini, jadi uang dari lampu itu masuk di kasnya daerah sesuai dalam Perda, begitu juga bulanan Rp100 ribu," tuturnya.

Yamin tinggal di bawah menara bersama istri dan beberapa anaknya. Mereka tidur di dalam bangunan kecil.

Meski begitu, ia bersyukur karena dua anaknya kini mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

Sementara beberapa anaknya berjualan di dekat menara. Sisanya berada di kampung halaman ibunya di Gorontalo Utara.

Yamin mengaku saat ini pengunjung menara sepi dikarenakan rusaknya lift.

Menurutnya, keberadaan lift jadi daya tarik bagi wisatawan untuk melihat keindahan Kota Limboto dari atas menara.

"Sedangkan malam Minggu sama malam Kamis saat ini jarang sekali yang masuk. Kadang hanya satu dua orang, kecuali lift kalau jalan pasti banyak," imbuhnya.

Kata Yamin, lift sudah rusak sebelum ia kembali berjaga.

"Mulai saya sampai di sini lift ini sudah tidak berfungsi, biasanya ada rombongan terpaksa mereka naik tangga manual," ungkapnya.

Pengunjung ingin naik di menara wajib membayar Rp10 ribu per orang.

Adapun lampu hias menara hanya dinyalakan setiap Rabu malam dan Sabtu malam saja. 

Yamin saat ini sudah mengantongi 
surat perintah tugas (SPT) dari Pemda Kabupaten Gorontalo.

"Alhamdulilah, Ibu Kadis dan Pak Sek memperhatikan saya di sini. Mereka sendiri yang keluarkan surat tugas, tidak bisa ganggu gugat saya di sini untuk melakukan pengamanan menara," pungkasnya.

 

Ikuti Saluran WhatsApp TribunGorontalo untuk informasi dan berita menarik lainnya

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved