Gorontalo Terkini
Waspada! Leptospirosis Menjangkiti 53 Warga Gorontalo, Empat Orang Meninggal Dunia
Terutama karena sejak bencana itu melanda wilayah Gorontalo sekitar pertengahan bulan lalu, kini muncul ancaman serius berupa penyakit Leptospirosis.
Penulis: Fernandes Siallagan | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Warga Provinsi Gorontalo harus meningkatkan kewaspadaan setelah bencana banjir.
Terutama karena sejak bencana itu melanda wilayah Gorontalo sekitar pertengahan bulan lalu, kini muncul ancaman serius berupa penyakit Leptospirosis.
Hingga saat ini, penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari urine tikus ini telah menjangkit 53 warga se-Provinsi Gorontalo, dan mengakibatkan empat orang meninggal dunia.
Baca juga: Penipuan Berkedok Sumbangan Masjid Ar-Rahman Gorontalo Belum Dipolisikan, Imam: Menunggu Itikad Baik
Kasus terbanyak tercatat di Kota Gorontalo dengan 31 kasus, disusul oleh Kabupaten Gorontalo dengan 21 kasus.
Kabupaten Bone Bolango melaporkan hanya satu kasus sejauh ini. Sementara, kabupaten lainnya masih belum melaporkan adanya kasus Leptospirosis, menurut Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Lastri Qodriany, Penanggung Jawab Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) untuk penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah, menjelaskan bahwa penemuan kasus pertama di Gorontalo terkait dengan kematian salah satu korban.
Baca juga: Totok Bachtiar Terpilih Jadi Ketua Sementara DPRD Kota Gorontalo Periode 2024-2029
"Dengan adanya kasus-kasus ini, masyarakat harus lebih waspada dan segera melakukan upaya pencegahan," ungkap Lastri, yang akrab disapa Lany, saat diwawancarai oleh TribunGorontalo.com pada Senin (12/8/2024).
Lebih lanjut, Lastri menjelaskan bahwa Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang berasal dari kencing tikus, yang kemudian dapat menyebar ke manusia dan hewan lain, seperti anjing, sapi, dan kambing.
Bahkan, dua jenis bakteri Leptospira telah ditemukan pada anjing di wilayah tersebut.
Gejala Leptospirosis umumnya mulai muncul sekitar dua minggu hingga satu bulan setelah terinfeksi.
"Sejauh ini, kebanyakan kasus yang kami temukan hanya menunjukkan gejala ringan yang bisa ditangani dengan terapi dan antibiotik," tambahnya.
Namun, Lastri juga memperingatkan bahwa infeksi ini bisa berakibat fatal jika berkembang menjadi kondisi berat, seperti ikterik, yaitu perubahan warna pada tubuh akibat gangguan fungsi ginjal.
"Jika gejala berat muncul, pasien harus segera dirawat di rumah sakit," tutup Lastri.
Penyebaran Leptospirosis ini menjadi alarm bagi seluruh warga Gorontalo untuk segera mengambil tindakan preventif, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari kontak dengan air yang terkontaminasi urine tikus.
Dengan demikian, risiko penyebaran penyakit ini bisa ditekan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.