Isu Antraks di Gorontalo

3 Kasus Antraks di Gorontalo hingga Gubernur Sulteng Keluarkan Surat Edaran

Penyakit antraks menyerang ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) kini jadi perbincangan publik.

|
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
Istockphoto
Ilustrasi penyakit antraks 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Penyakit antraks menyerang ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) kini jadi perbincangan publik.

Hal itu dipicu oleh surat edaran (SE) dikeluarkan Pemerintah Sulawesi Tengah yang tersebar luas di media sosial.

Gubernur Sulteng menginstruksikan penutupan sementara pasokan hewan ternak dari Provinsi Gorontalo.

Provinsi Gorontalo saat ini sejatinya belum ada temuan penyebaran Antraks.

Dinas Peternakan Provinsi Gorontalo, Muljadi Mario, saat dikonfirmasi TribunGorontalo.com, mengatakan hewan ternak Gorontalo bebas dari penyakit antraks.

"Itu tidak benar, kita di sini aman-aman saja," tegas Muljadi saat dikonfirmasi TribunGorontalo.com, Rabu (17/7/2024).

Hanya saja, tak dapat dipungkiri bahwa hewan ternak di Kabupaten Gorontalo sempat terjangkit penyakit antraks.

Lantas kapan awal mula kasus antraks di Kabupaten Gorontalo?

Asrieana Dunggio, Dokter Hewan di Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Gorontalo, menjelaskan kasus antraks pertama kali terjadi delapan tahun lalu.

"Di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo yang pertama terkena antraks di 2016," ungkapnya.

Kasus terjadi di Desa Ulapato A, Kecamatan Telaga Biru itu bersifat zoonosi (menyerang manusia).

Baca juga: Kadis Peternakan Bantah Isu Penyakit Antraks di Gorontalo: Itu Tidak Benar

Mengapa menyerang manusia?

Hal itu terjadi karena kebiasaan manusia menyembelih sapi dalam keadaan sakit.

"Nah penularannya dari situ, antraks itu tidak boleh disembelih, apalagi dikonsumsi," ujar Asri.

Bakteri spora antraks apabila terkena udara kemudian jatuh ke tanah akan terus ada hingga 75 tahun.

"Kenapa Provinsi Gorontalo dikatakan tertular? Antraks tidak akan bisa hilang dari tempat yang pernah ada kasus," jelas Asri.

Asrieana Dunggio, Dokter Hewan di Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Gorontalo
Asrieana Dunggio, Dokter Hewan di Dinas Peternakan dan kesehatan Hewan (Keswan) Kabupaten Gorontalo (TribunGorontalo.com/Herjianto)

Untuk daerah yang pernah tertular antraks, kata Asrieana, dinamakan daerah endemis antraks.

Diketahui kasus antraks tahun 2016 itu menyerang ratusan ternak warga.

Menurut Asrieana, pihaknya saat itu memeriksa satu bangkai sapi yang tersisa dan mewawancarai pemilik ternak.

"Setelah diambil sampel dan diperiksa, ternyata positif," bebernya.

Selanjutnya selang dua tahun kemudian, di tahun 2018 kembali terjadi kasus sama. Namun hanya menyerang dua ternak.

Kemudian kasus ketiga terjadi di Kelurahan Daenaa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo tahun 2020.

Kasus itu diketahui saat mendapat laporan dari masyarakat di mana sebanyak 29-30 ekor sapi mati secara mendadak.

"Setelah kami turun ke lokasi, sudah tidak ada sapi, kan sudah dimakan," imbuhnya.

Adanya penyakit antraks diketahui dari kondisi fisik sang pemilik ternak.

"Tangannya sudah bengkak, antraks itu ciri khasnya pada manusia menyerang kulit," jelas Asri.

Namun kini pihaknya belum menemukan lagi adanya temuan kasus antraks di Kabupaten Gorontalo.

"Jika ada informasi sapi mati, kita akan periksa secara lab dan hasilnya negatif," tutupnya.

Selain itu Dinas Kesehatan disebut rutin vaksinasi ternak dan tidak berbayar.

Asrieana menegaskan saat ini Kabupaten Gorontalo nihil kasus antraks.


(TribunGorontalo.com/Herjianto)

 

Ikuti Saluran WhatsApp TribunGorontalo untuk informasi dan berita menarik lainnya

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved