Penemuan Mayat di Tangsel
Kronologi Penemuan Mayat Dibungkus Sarung di Tangsel, Motif Diduga Karena Sakit Hati
Berikut kronologi dari penemuan mayat yang dibungkus dengan sarung di Tangerang Selatan, motif pembunuh diduga karena sakit hati.
TRIBUNGORONTALO.COM — Berikut kronologi dari penemuan mayat yang dibungkus dengan sarung di Tanggerang Selatan, motif pembunuh diduga karena sakit hati karena dimarahi.
Pihak kepolisian membeberkan kronologi dari penemuan mayat yang dibungkus dengan kain sarung dimana ditemukan pertama kali di Komplek Makadam, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, pada Sabtu (11/4/2024).
Pelaku dari kasus tersebut berinisial FA (23) yang ternyata merupakan teman dekat korban berinisial AH (32).
Pelaku, yang merupakan keponakan dari korban, telah melakukan pembunuhan terhadap pamannya dan kemudian membuang jasadnya.
Baca juga: Pemuda Diringkus Polisi Gara-gara Patok Rp 150 Ribu untuk Parkiran, Ternyata Positif Sabu
Saat ini, pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan di rumah tahanan Polda Metro Jaya.
"Iya sudah, sudah. Sudah kita tahan," ungkap AKBP Titus Yudho Uly selaku Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya saat dihubungi, Senin (13/5/2024) yang dikutip dari Tribunnews.com.
Titus mengungkapkan bahwa pembunuhan tersebut telah direncanakan sebelumnya oleh pelaku, dimana korban dibunuh dengan golok oleh pelaku.
Pelaku dijatuhi pasal 340 KUHP jo Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.
"Benar, jadi si korban dibunuh di warungnya, dibawa sama pelaku di lokasi pembuangan," ungkapnya.
"(Dibunuh) pakai golok, itu golok buat motong kelapa. Jadi di sebelah kiri warung Madura itu ada yang jualan kelapa," lanjutnya.
Titus mengatakan bahwa korban merupakan pemilik warung kelontong tersebut.
Baca juga: Perawat di Aceh Rudapaksa Teman Kencan Online, Dibungkam dengan Janji iPhone, Ortu tak Terima
Pelaku diajak oleh korban dari Sumenep, Madura, untuk dapat membantu korban menjaga warung kelontong miliknya.
"Kalau korban itu dia punya toko kelontong di daerah Pamulang sana, bukan PNS. Aslinya orang Sumenep, keluarganya di Sumenep," ujar Titus.
"Dia usaha buka toko kelontong di situ. Terus dia tinggal di situ sama ponakannya, yang mana pelakunya itu si ponakannya itu," sambungnya.
Pelaku kemudian tinggal bersama korban baru empat bulan.
"Iya, karena kan dia toko kelontongnya buka 24 jam. Jadi dia memang butuh orang, ganti-gantian jaganya. Jadi yang satu tidur, yang satu layanin gitu," ujarnya.
Pelaku, seperti yang diungkapkan oleh Titus, kemudian memindahkan jasad korban ke tempat yang jauh dari lokasi kejadian.
Kejadian pembunuhan terjadi pada Jumat (10/5/2024) sekitar pukul 16.00 WIB, sedangkan jasad korban dibuang sekitar pukul 21.00 WIB.
Baca juga: Kemendikbudristek Soal Kecelakaan Maut di Subang: Sekolah Harus Utamakan Keselamatan Siswa
"Kalau tarik garis lurus, hampir sekitar 20 menit, tapi si pelaku ke sana hampir 1 jam, karena mutar-mutar cari tempat yang gelap. Jadi itu pun dia enggak tahu lokasi itu," tuturnya.
"(Dibuang) pakai motor, jadi dibungkus pakai sarung terus dimasukkan ke karung, dibawa pakai motor, motor korban," lanjut Titus.
Diketahui, mayat ditemukan pada Sabtu (11/5/2024) pagi, pada saat warga melintas.
"Warga lewat jam 7 pagi habis belanja, terus melihat ada bungkusan kok kaya aneh. Terus dia balik sama teman-temannya karena dia enggak mau sendiri, begitu ada saksi lain terus dibuka ternyata mayat," pungkasnya.
Kapolsek Tangerang Selatan, Kompol Ghulam Nabi, mengemukakan bahwa saat korban ditemukan, dia mengenakan sweater abu-abu yang berlogo Vans dan memakai celana pendek.
Baca juga: Kaesang dan Erina Umumkan Kabar Bahagia di Depan Kakbah
Diketahui setelah, motif dari pelaku berinisial FA yakni dikarenakan sakit hati.
"Kalau motifnya itu dia sakit hati, jadi kalau si pelaku ini kan masih keponakan, dia kerja bareng sama si korban, jaga toko Madura itu," ungkap AKBP Titus Yudho Uly saat dihubungi, Senin (13/5/2024) dikutip dari Tribunnews.com.
Menurut pernyataan Titus, pelaku selalu dimarahi oleh korban karena sering tertidur saat menjaga warung kelontong yang buka selama 24 jam lamanya milik pamannya tersebut.
"Jadi perilaku (pamannya), kayak ditarik sarungnya, terus dimarahin, pake bahasa Madura. Kurang lebih intinya 'kalau kamu di sini cuma tidur-tidur, ngapain di sini, pergi aja, pulang lagi ke kampung mu lah'," lanjutnya.
Tak pelak, pelaku geram dan gelap mata pun langsung menghabisi nyawa korban dengan membacok korban hingga tewas.
Setelah itu, pelaku membungkus korban menggunakan sarung dan karung dan berkeliling mencari tempat yang sepi untuk dibuang. (*)
(Sumber : Tribunnews.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.