Sering Salah Tulis dan Sebut, Robert Wolter Mongisidi Bukan Monginsidi

Bahkan namanya salah tulis di beberapa nama jalan di Indonesia. Salah satunya berada di Jl Wolter Monginsidi yang terletak di samping gedung Polresta

Penulis: Fernandes Siallagan | Editor: Wawan Akuba
TribunGorontalo.com/Fernandes
Jl Wolter Monginsidi yang salah penulisan di Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo -- Sering salah sebut marga pahlawan asal Sulawesi Utara yaitu Wolter Mongisidi.

Nama lengkap Pahlawan Naiosional ini adalah Robert Wolter Mongisidi, yang kerap salah sebut atau penulisannya jadi Robert Wolter Monginsidi.

Bahkan namanya salah tulis di beberapa nama jalan di Indonesia. Salah satunya berada di Jl Wolter Monginsidi yang terletak di samping gedung Polresta Gorontalo Kota.

Jalan itu merupakan jalan one way alias satu jalur dari arah Tangga Dua Ribu menuju Taman Taruna Remaja Kota Gorontalo.

Hal ini cukup disayangkan karena nama seorang pahlawan dalam penyebutan dan penulisannya sering mengalami kesalahan.

Kesalahan itu pun terpampang jelas di plang nama jalan yang tertancap di area tersebut. Selain itu kesalahan itu juga tertulis di aplikasi google maps.

Anak kaka tertua Robert Wolter Mongisidi, sempat mengkoreksi cara penulisan dan pembacaan tersebut di sebuah acara di Minahasa.

Di mana, ia mengungkapkan yang seharusnya ditulis adalah Mongisidi bukan Monginsidi.

Karena Mongisidi merupakan marga dari suku Minahasa, yang mana Wolter berdarah Minahasa, Sulawesi Utara.

Karena itu baiknya semua tempat yang melakukan kesalahan penulisan untuk memulai menuliskan nama Robert Wolter Mongisidi secara tepat.

Robert Wolter Mongisidi adalah pahlawan nasional yang lahir pada 14 Februari 1925 dan wafat 5 September 1949.

Usianya yang masih muda menjadikannya salah satu pahlawan termuda saat ini. Di mana ia memulai perjuangannya saat berada di Makassar untuk menempuh pendidikan.

Saat itu juga 1945, Indonesia merdeka karena diproklamasikan oleh Soekarno di Jakarta.

Namun beberapa saat kemudian pihak belanda yang tidak suka dengan kemerdekaan itu memberikan ancaman kepada pribumi yang di wilayah Makassar.

Menginsidi sebagai pemuda pribumi tidak menyukai ancaman tersebut. Kemudian ia bergabung dengan para pejuang yang melawan Belanda.

Ia pun tertangkap saat melakukan perlawanan. Memang Robert sempat kabur hingga akhirnya tertangkap lagi.

Robert pun dijatuhi hukuman mati oleh pihak belanda yang kala itu disebut NICA (Netherlands Indies Civilian Administration).

Robert dieksekusi dengan hukumam tebak dan meninggal pada 5 September 1949.

Karena perjuangannya itu, ia diberikan gelar pahlawan oleh pemerintah Indonesia di 6 November 1973. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved