Beras Gorontalo

Pedagang Area Pasar Modern Limboto Gorontalo Ungkap Alasan Suplai Beras dari Luar Daerah

Para petani di Kabupaten Gorontalo mengalami Paceklik akibat fenomena elnino.

|
Penulis: Herjianto Tangahu | Editor: Fadri Kidjab
TribunGorontalo.com/Herjianto
Ilustrasi - Pedagang di sekitar Pasar Modern Limboto menyuplai beras dari luar daerah 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Para petani di Kabupaten Gorontalo mengalami Paceklik akibat fenomena elnino.

Hal ini menyebabkan sejumlah pedagang kekurangan stok beras lokal.

Beberapa pedagang sekitar Pasar Moderen Limboto suplai beras dari luar daerah.

Harusnya saat ini, kata Emus Kadir, mereka sudah mulai menjual beras yang ditanam akhir tahun 2024.

Emus adalah pedagang beras yang mangkal tak jauh dari Pasar Modern Limboto.

"Sehingga saat ini stok saya tinggal beras dari luar daerah," ujar Emus kepada TribunGorontalo.com, Rabu (28/2/2024).

Beras itu didapat dari distributor asal Makasar dan Palu, Sulawesi tengah.

Adapun harga beli per karung berkisar di antara Rp 800-900 ribu.

Secara rutin Emus menyuplai beras sebanyak satu ton setiap minggunya.

Beberapa pekan terakhir Emus mengakui adanya kenaikan harga beras.

"Di mana sebelumnya kita jual hanya Rp 12.000-13.000 ribu, kini sudah naik sekitar Rp 2.000-3.000 ribu," rincinya.

Emus mengungkapkan ada tiga jenis beras pertama jenis Manohara dengan harga Rp 15.000 per liter, sementara untuk jenis Nurdin dan Ciheran dijual di harga Rp 14.000 per liter.

"Kalau per kilo bisa sampai Rp17.000. Ukuran satu liter beras sama dengan ukuran tiga kaleng susu, sementara untuk satu kilo beras, ukurannya empat kaleng susu," rincinya.

Meski terjadi kenaikan, Emus mengungkapkan bahwa pembelinya tak berkurang dan masih normal.

"Sama seperti biasanya, karena kebutuhan utama, jadi mau naik atau tidak, mereka tetap beli," tutupnya.

Baca juga: Harga Beras di Gorontalo Tembus Rp18 Ribu per Kilo, Dinas Pertanian Boalemo Rencanakan Bazar Murah

Disperindag Kabupaten Gorontalo Jaga Stabilitas Harga Beras

Kabid Perdagangan Disperindag, Rahmanto Lahili
Kabid Perdagangan Disperindag, Rahmanto Lahili

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gorontalo ungkapkan strategi menjaga stabilitas harga beras.

Saat ini Disperindag Kabupaten Gorontalo tengah melakukan sejumlah upaya demi menjaga stabilnya harga beras.

Pasalnya saat ini, Provinsi Gorontalo menjadi salah satu provinsi yang mengalami kenaikan harga.

Menurut Rahmanto Lahili, Kabid Perdagangan Disperindag, menjelaskan langkah-langkah yang saat ini tengah dilakukan pihaknya.

"Yang pertama adalah kita melakukan monitoring distributor," kata Rahmanto, Rabu (28/2/2024).

Langka itu diambil sebagai upaya menjaga stok beras di pasaran, agar tidak terjadi penimbunan.

"Kita sudah lakukan di Kecamatan Limboto kemarin, dan masih ada empat kecamatan lagi yang akan kita datangi," ujarnya.

Langkah selanjutnya ungkap Rahmanto, adalah bersama- sama dengan dinas ketahanan pangan melakukan kerja sama dengan Bulog Gorontalo dan retail-retail besar melakukan operasi pasar, upaya ini menurutnya paling konkret dilakukan

"Caranya lainnya adalah kita pasok harga beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari bulog ke pedagang," terang Rahmanto.

Selain harganya yang jauh lebih murah, upaya itu juga menjadi kompetitor masif ke pedagang lain demi stabilisasi harga beras.

"Jika di pasaran harganya Rp 17.300, maka kita hadir dengan harga Rp 10.900," rincinya.

Dengan begitu lanjutnya, pedagang akan sedikit menurunkan harga jualnya.

Rahmanto pun mengakui, Disperindag tak punya kewenangan untuk mengintervensi harga di pasaran.

"Kita hanya bisa subsidi, tapi yang namanya bulog sudah disubsidi dari sananya, ungkapnya.

Hingga saat ini harga beras di Kabupaten Gorontalo tak begitu signifikan kenaikannya, meski begitu, harga beras terus diupayakan kestabilannya.

Rahmanto juga membeberkan, meski stok beras lokal mengalami gagal panen akibat fenomena el-nino, namun saat ini, stok beras masih bisa mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Bahkan di pasar Kayubulan, stok masih sangat banyak. Yang kami khawatir adalah dimana harga melambung tinggi dan kita tidak punya stok," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved