Beras Gorontalo

Harga Beras Naik, Penjual Makanan di Gorontalo Bingung Cari Untung

Tak hanya mahal, stok dan pasokan beras pun berkurang. Hal ini membuat penjual makanan di Bone Bolango menjerit.

|
Penulis: Arianto Panambang | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNGORONTALO/ARIANTO PANAMBANG
Warung makan di depan kampus 4 UNG, Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yang terdampak naiknya harga beras 

TRIBUNGORONTALO.COM -- Harga beras di Provinsi Gorontalo melonjak naik sejak Januari 2024.

Tak hanya mahal, stok dan pasokan beras pun berkurang. Hal ini membuat penjual makanan di Bone Bolango menjerit.

Saat ini harga beras naik menjadi Rp780 ribu hingga Rp 80 ribu dari harga awalnya Rp720 ribu.

"Tergantung kualitas beras juga, bahkan ada yg sudah naik Rp 800 ribu lebih," ungkap Rafi Dali, penjual makanan saat ditemui TribunGorontalo.com, Rabu (28/2/2024)

Rafi Dali mengatakan kenaikan beras berdampak besar pada harga jualan makannya. Kini dia bingung bagaimana caranya mendapatkan untung saat bahan pokok terus naik.

"Bukan hanya beras, tapi juga bahan pokok lain seperti minyak," tururnya

Ia menjual berbagai jenis makanan olahan dari ikan dan ayam, tapi ia enggan untuk menaikan harga makanan, karena hal tersebut akan berimbas ke pendapatannya selama ini.

"Saya tidak berani naikan harga makanan, nanti pelanggan saya lari, walaupun beras naik tapi saya akan upayakan supaya makanannya tidak naik," ucapnya

Rafi juga menjelaskan hanya mengurangi sedikit porsi nasi yang diberikan tapi harga yang sama. Bahkan Rafi harus menyimpan beberapa stok beras untuk keberlanjutan jualannya.

"Bisa bertahan sampai 10 hari ke depan mungkin, berharap sebelum 10 hari, bisa segera turun harga beras," harapnya

 Wanita kelahiran Gorontalo itu juga mengatakan kenaikan beras ini juga memberatkan warga, terutama juga petani.

"Beras naik itu, petani juga susah," jelasnya

Ia berharap Pemerintah Kabupaten Bone Bolango maupun Provinsi Gorontalo dapat menekan harga beras ini sampai normal kembali.

Riri Hajamudin (39) warga Desa Moutong, mengatakan kenaikan beras menyusahkan warga menengah ke bawah.

"Kasihan juga, apalagi mereka yang tidak punya uang makin kesusahan dapat beras," ucapnya

Menurut Riri, hal tersebut tidak bisa dibiarkan oleh pemerintah setempat, ia mendorong agar stakeholder bisa berbuat sesuatu agar bisa menekan kenaikan beras.

"Saya berpikir ini harus dinormalkan kembali, karena mengingat ini menyusahkan masyarakat banyak, ya semoga normal kembali," tandasnya (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved