Pemilu 2024
Untung Rugi 2 Sistem Proporsional di Pemilu 2024, Antara Partai dan Tokoh Politik
Proporsional terbuka (coblos caleg) dan proporsional tertutup (coblos partai) saat ini tengah menjadi polemik. Terjadi pro dan kontra di masyarakat.
Penulis: Risman Taharudin | Editor: Wawan Akuba
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Hendra Yasin, Direktur Curva Survei Indonesia menilai ada untung rugi 2 sistem proporsional Pemilu 2024 nanti.
Baik proporsional tertutup maupun terbuka, sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Proporsional terbuka (coblos caleg) dan proporsional tertutup (coblos partai) saat ini tengah menjadi polemik. Terjadi pro dan kontra di masyarakat.
Kata dia, sistem tertutup tentu menguntungkan partai-partai besar yang mengakar, termasuk menguntungkan bagi partai yang memiliki tokoh di nasional.
Sementara sistem terbuka juga menguntungkan bagi partai-partai yang memiliki tokoh di daerah.
"Proporsional tertutup itu menguntungkan partai yang mengakar, termasuk partai baru yang demikian memiliki visi yang disukai masyarakat," ungkap Hendra.
Jika proporsional terbuka, tentu akan diuntungkan partai yang memiliki kandidat populer di daerah tersebut.
“Sebab demokrasi pada dasarnya melahirkan pemimpin-pemimpin yang disukai, bukan yang terbaik,” kata dia.
Kata dia, sistem pemilu bagian dari instrumen manipulatif politik, sehingga wajar ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.
“Dan pasti partai memilih mana yang menguntungkan dari kedua sistem tersebut,” tegasnya.
Proporsional terbuka itu sangat tergantung pada pemilih. Masyarakat punya hak memilih siapa calon yang diinginkan.
“Walaupun lagi-lagi diinginkan atau tidak itu tentu dibuat sedemikian rupa untuk menarik. Makanya survei itu dibutuhkan agar membaca kebutuhan masyarakat kemudian dilekatkan pada kandidat,” katanya.
Kesuksesan atau desain pemilu itu sangat ditentukan oleh institusional politik. Antara lain, partainya, prosedurnya, caranya serta aturannya sangat ditentukan.
Problem Indonesia saat ini, tidak ada cara mengevaluasi sistem pemilu. Seharusnya dalam dua kali pemilu misalnya, ada evaluasi pemilu yang dilakukan.
“Jika melihat itu maka yang lahir dalam pendekatan indikator kekompakan parpol, apakah parpol itu kompak atau tidak secara internal maupun eksternal,” tutup Hendra. (*)
Deddy Sitorus Minta Prabowo Subianto Ambil Cuti jika Berkampanye di Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Rocky Gerung Sebut Video Endorse Probowo Konyol dan Membahayakan Karena Kampanye Luthfi-Taj Yasin |
![]() |
---|
Jika Tak Lapor Harta Kekayaan, Caleg Terpilih Pemilu 2024 Terancam Gagal Dilantik |
![]() |
---|
6 Kesimpulan Pihak Pemohon dalam Sidang Musyawarah Sengketa Pemilu 2024 Tahap III Bawaslu Boalemo |
![]() |
---|
600 Personel Polres Boalemo Bakal Amankan Pemungutan Suara Ulang Pemilu 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.