Opini
Peran Orang Tua dan Guru dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini
Para ahli psikologi menjelaskan, istilah anak usia dini sebagai individu yang berbeda yang memiliki ciri-ciri yang tampak dari psikologis
Penulis: Siti Alwiya Bidjuni, Dwi Alfatun Maksum, Siti Nurhayati Mahmud, Asna Djafar, Herlisna Kuku
SESUAI Undang-undang No 20 Tahun 2003, anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun. Meski ada beberapa ahli yang menyebut usia dini adalah 0-8 tahun.
Intinya, masa usia dini merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Maka dari itu, dibutuhkan bekal kehidupan maupun stimulasi untuk anak agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu perkembangan anak.
Para ahli psikologi menjelaskan, istilah anak usia dini sebagai individu yang berbeda yang memiliki ciri-ciri yang tampak dari psikologis anak selama masa kanak-kanak awal, seperti usia kelompok, usia meniru, mencari jati diri dan usia kreatif (Santrock, 2011:7).
Hal-hal tersebut misalnya, anak-anak yang mulai bergaul dengan anak seusianya dan bermain secara bersama-sama.
Mereka memainkan permainan yang melibatkan kreativitas, seperti membuat cerita dan memainkan peran dengan menggunakan boneka.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak lepas dari ke ikut sertaan orang tua dan guru terutama orang tua yang menjadi madrasah pertama bagi anak.
Orang tua bukan hanya menstimulasi perkembangan anak namun juga perlu mendukung anak agar menumbuhkan semangat maupun motivasi anak. dukungan menurut Chaplin (2009:495) adalah memberikan dorongan, semangat, dan nasihat kepada orang lain dalam situasi tertentu.
Sarafino & Smith (2011) mengatakan bahwa dukungan orang tua mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan, kepedulian, dan penerimaan dukungan yang didapat dari orang tua atau kelompok lain.
Dukungan orang tua menurut Israel & Schurman (dalam White, 2009) yaitu “social support of parent is an expansive construct that describes the physical and emotional comfort given to individuals by their family, friends, and other significant persons in their lives”, yang artinya adalah bahwa kenyamanan fisik dan emosional yang diberikan kepada individu oleh orang yang dicintai dan disayanginya, seperti keluarga, teman, dan orang yang penting dalam pendampingan, dalam pembelajaran dari rumah dapat membantu untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Kemudian, orang tua juga bisa mendukung anaknya dengan cara menyediakan alat untuk membantu proses pembelajaran mereka, seperti handphone, laptop, atau komputer, apabila alat-alat tersebut diperlukan.Banyak cara untuk memberikan dukungan pada anak.
Dalam hal anak usia dini sendiri memiliki cara tersendiri dalam memperlihatkan dukungannya berbeda ketika memberi dukungan kepada orang dewasa.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa yang terbaik menurut mereka akan selalu baik bagi anak, nyatanya tidak seperti itu karena tidak selamanya yang disukai orang tua akan cocok dengan anak.
Orang tua perlu mengetahui minat anak akan suatu hal dan pendukung serta mengapresiasi hal sekecil apapun yang dilakukan anak selama itu masih positif.
Terkadang orang tua lupa membahagiakan anak dengan hanya melontarkan kata-kata. Misalnya, ketika anak menanyakan sesuatu kemudian direspon dengan memberikan apresiasi sekedar kalimat penyemangat akan membuat anak bahagia dan secara tidak langsung memberikan motivasi melalui dukungan pada anak.
Terkadang orang tua lupa memperhatikan hal-hal kecil yang sangat penting bagi anak. Misalnya, ketika anak memperlihatkan gambar yang dibuat kepada orang tua, kemudian dengan orang tua memberikan jempol tangan dan tersenyum pada anak atau mengatakan “hebat” dan melakukan tos dengan anak akan menambah semangat anak.
Tidak menutup kemungkinan dia akan mencoba hal tersebut dan siapa tahu memang bakatnya di situ dan dengan respon yang baik yang diberikan orang tua akan berdampak luar biasa terhadap anak atau biasa menjadi sebuah motivasi yang nantinya berdampak positif pada anak.
Dukungan pada anak tidak hanya berasal dari orang tua tetapi juga dari guru di sekolah karena ketika guru mampu berkomunikasi dan memberikan motivasi yang baik terhadap anak.
Nantinya, guru akan lebih mudah melakukan pendekatan dengan anak. sama halnya dengan yang dilakukan orang tua, guru di sekolah dapat memberikan dukungan hanya dengan hal- hal kecil.
Seperti dengan mendengarkan anak ketika bercerita mengenai suatu hal, merespon dengan baik ketika anak meminta perhatian, memberikan perlakuan yang sama rata kepada seluruh anak agar tidak muncul kecemburuan pada anak, sebisa mungkin guru berlaku adil dalam hal apapun itu.
Kami mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Paud, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) melakukan observasi di salah satu TK di Gorontalo.
Dalam observasi yang merupakan tugas mata kuliah pendidikan anak yang diampu dosen Sri Rawanti S.Pd, M.Pd itu, kami menemukan sejumlah permasalahan.
Ketika kami melakukan observasi kami mengamati anak dan guru. baik anak dengan temannya maupun interaksi anak dengan guru. Saat itu lah kami sadar ketika nanti kami menjadi pendidik kami bukan hanya menjadi seorang guru dengan menyediakan pembelajaran namun kami juga perlu memperhatikan hal-hal kecil mengenai anak dari sikap anak yang berbeda-beda sampai cara kami nanti menanggapinya seperti apa.
Contohnya dalam hal merespon hasil pekerjaan anak. baik buruk yang dilakukan anak kami nanti sebagai pendidik sebisa mungkin melontarkan kata yang bisa dipahami dan dimengerti oleh anak dan membiasakan mengapresiasi usaha anak dulu kemudian memperbaiki pekerjaanya jika salah atau tidak sempurna.
Contohnya ketika anak di minta menirukan gambar yang ada dan ketika tidak sesuai kita bisa merespon dengan mengapresiasi dulu seperti “wah bagus sekali”.
Jika masih ada yang kurang atau belum sempurna bisa kita tanyakan kembali apakah menurut si anak itu sudah benar atau belum.
Dengan begitu anak akan merasa dihargai juga akan lebih memahami dengan memperhatiakan kembali atas apa yang anak kerjakan.
Disclaimer: Artikel adalah opini para penulis. Materi yang ditulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.