PLTU Molotabu-Gorontalo yang Pernah Dipimpin Sandiaga Uno Dinyatakan Bangkrut

PLTU Molotabu ini dikelola PT Tenaga Listrik Gorontalo (TLG) dan bagian dari perusahaan PT Saratoga Sedaya Investama Tbk (SRTG)

TribunGorontalo.com/Apris Nawu
Potret gerbang PLTU Molotabu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Molotabu, di Desa Binthalahe, Kabila Bone, Gorontalo, dinyatakan pailit atau bangkrut. Kini, PLTU itu sudah satu tahun tak beroperasi.

PLTU Molotabu ini dikelola PT Tenaga Listrik Gorontalo (TLG) dan bagian dari perusahaan PT Saratoga Sedaya Investama Tbk (SRTG) yang didirikan Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno

Tercatat, Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) pernah memimpin perusahaan TLG ini sejak 2010. 

Belakangan, TLG dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat per 10 Agustus 2022. 

Lalu pada 18 Agustus 2022, amar putusan Pengadilan Jakarta Pusat melalui media massa menyatakan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) oleh TLG, berakhir. 

Artinya, TLG dinyatakan dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya. Sesuai rencana, berdasarkan penetapan hakim pengawasan, akan dilakukan rapat kreditur pertama pada 25 Agustus 2022. Adapun batas akhir pengajuan oleh kreditur ditetapkan pada 7 September 2022.

Pada 2010, Sandiaga Uno yang ketika itu menjadi Presiden Direktur Tenaga Listrik Gorontalo, menyatakan pembangunan PLTU berkapasitas 2x10 megawatt terlaksana setelah memperoleh komitmen pendanaan dari Bank Niaga. Adapun Bank Niaga bersedia memberikan pinjaman senilai 20 juta dolar amerika.

Kini, tercatat perusahaan ini sudah tidak beroperasi sejak setahun belakangan. "Memang benar PLTU sudah 1 tahun tidak operasi lagi," ungkap Rahman mantan karyawan PLTU warga Molotabu, Kamis (20/10/222).

Rahman menambahkan semua karyawan di PLTU sudah dipecat (PHK). Rahman tidak tahu persis masalahnya, namun ya ia tahu, perusahaan mengalami masalah keuangan. 

“(katanya) harga batu bara terlalu mahal, dari itu kami semua dipecat dan PLTU sudah tidak beroperasi hingga saat ini," curhat Rahman. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved