Perubahan Iklim Jadi Ancaman untuk Jemaah Haji di Mekkah

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) berjudul..

Penulis: Redaksi |
TribunGorontalo.com
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) berjudul “Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah haji”. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Dampak dari perubahan iklim dinilai menempatkan jemaah haji di Mekkah, Arab Saudi pada risiko tinggi. 

Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) berjudul “Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah haji”, ancaman meningkatnya suhu global dan cuaca ekstrem akan sangat  berbahaya bagi jamaah di tanah suci.

Laporan itu mengungkapkan, penurunan emisi global yang lebih cepat sangat penting untuk menyelamatkan umat Muslim dalam melaksanakan ibadah haji.

Karena itu, diperlukan tindakan segera yang lebih kuat dari negara-negara industri dan kaya juga negara-negara mayoritas muslim.

Suhu tinggi, bila dikombinasikan dengan kelembaban, bisa sangat berbahaya. Ketika udara sangat lembab, laju evaporasi (penguapan) keringat terhambat karena udara sudah penuh dengan uap air.

Pada kondisi demikian, manusia rentan terkena sengatan panas karena tubuh kita jadi kesulitan berkeringat. Orang tua merupakan kelompok paling rentan terhadap serangan panas.

Namun, ketika panas dan kelembaban cukup tinggi, orang muda yang sehat pun berisiko sakit atau mati akibat panas.

Kondisi ini bisa terjadi di Makkah, Berdasarkan data saat ini, suhu rata-rata global telah meningkat 1,2°C karena aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.

Kebijakan iklim saat ini membawa dunia menuju pemanasan global 2,7°C sebelum anak-anak yang lahir hari ini berusia 80 tahun.

Pada tingkat pemanasan global  saat ini, ibadah haji di musim panas sangat berbahaya, dengan 97 persen musim panas mencapai ambang level 'berbahaya', dan sekitar satu dari lima musim panas tersebut akan mencapai ambang level 'bahaya ekstrem'—tingkat yang belum pernah dialami di Makkah.

Peluang untuk mencapai ambang batas panas dan kelembapan yang berbahaya ini akan sangat berkurang jika pemanasan global dipertahankan sesuai target Perjanjian Paris, 1,5°C.

Peluang terjadinya suhu panas lembab pada jamaah haji melebihi ambang batas 'bahaya' akan lebih besar dibanding saat ini, terutama pada bulan yang lebih dingin yaitu Mei dan Juni.

Namun, peluang untuk mencapai tingkat 'bahaya ekstrem' hanya 4% pada September, dan 0% di semua bulan lainnya–yang berarti ibadah haji akan jauh lebih aman jika target penurunan emisi bisa terpenuhi saat ini.

Menurut laporan ini, lima negara yang paling bertanggung jawab atas perubahan iklim hingga saat ini adalah Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan Brasil, bersama Uni Eropa.

Mereka adalah negara kaya dan penyumbang emisi lebih tinggi yang punya tanggung jawab dan potensi paling besar untuk menghilangkan karbon paling cepat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved