Airlangga Cs Teken Kesepakatan KIB, Pertarungan Capres 2024 Makin Dinamis

Nota kesepakatan membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) resmi ditandatangani.

Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa di kawasan Menteng, Jakarta, pada Kamis (12/5/2022) malam. 

TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Nota kesepakatan membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) resmi ditandatangani.

Ketiga ketua umum partai itu adalah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa dan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, di Jakarta, Sabtu (4/6/2022) malam.

Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (PBI) Iswadi menyampaikan sebuah sorotan dan apresiasi khusus terhadap kesepakatan tersebut.

"Insya Allah KIB akan menjadi atmosfer pertarungan capres (calon presiden) 2024. Dengan bersatunya partai ini dengan istilah beringin, matahari, dan ka'bah dipastikan akan menjadikan atmosfer pertarungan capres 2024 makin dinamis," ujarnya, dalam keterangannya, Minggu (5/6/2022).

Eks Ketua Relawan Jokowi-JK Provinsi Aceh itu menjelaskan, dengan adanya KIB ini bisa memainkan peran strategis dalam bandul pertarungan Capres ke depan.

Pembina Yayasan Al-Mubarrak Fil-Ilmi tersebut juga mengatakan, poros utama KIB yang akan ikut pertarungan di pemilihan presiden (pilpres) 2024 akan makin nyata karena pembentukan poros tersebut.

"Ini bukan dasar pada poros kandidat (figur), tetapi lebih merefleksikan poros atau fragmentasi kekuatan partai-partai politik sebagai satu-satunya pemegang otoritas politik dalam mengusung pasangan Capres-Cawapres di Pilpres 2024 mendatang," ucapnya.

Dia menambahkan, poros ini juga bersifat fleksibel, cair dan bergerak dinamis, karena selain pada variabel-variabel penting lain seperti sumber daya logistik dan infrastruktur partai dalam menghadapi pemilu.

"KIB juga terbuka untuk partai mana pun yang ingin bergabung," ujar alumnus Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut.

Iswadi menyatakan, dengan tingginya angka presidential threshold (PT) 20 persem kursi atau 25 persen suara sah nasional, setidaknya akan ada tiga poros utama dalam kandidasi Pilpres ke depan.

"Poros pertama PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) yang memegang supremasi elektoral dua kali pemilu berturut-turut (Pemilu 2014 dan 2019). Sebagai the rulling party yang mengendalikan jalannya kekuasaan, PDIP tentu berkepentingan untuk memenangkan kembali Pilpres 2024. Dengan modal 128 kursi parlemen (DPR RI), PDIP sudah cukup mengusung Capres tanpa koalisi," ujarnya.

Sedangkan poros kedua atau kunci utama, Partai Golkar, PPP dan PAN malah sudah berjalan, KIB ini diperkirakan terus bertambah dengan partai-partai papan tengah.

"Sebagai pemenang pemilu dengan jumlah kursi terbesar kedua setelah PDIP, Golkar tak akan absen dari pertarungan capres karena sejauh ini, dukungan terhadap Airlangga Hartarto sebagai sangat bergemuruh di internal maupun di masyarakat," tutur Iswadi.

Bahkan di poros ketiga, sambungnya, akan ada bayang-bayang Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) untuk tetap mengusung Ketua Umumnya, Prabowo Subianto sebagai capres.

Dalam konteks ini, Gerindra tetap membutuhkan teman koalisi untuk memenuhi syarat formal pencalonan.

"Ekspektasi atas lahirnya tiga poros tersebut tentu didasarkan pada pengalaman buruk Pilpres 2019 yang hanya menghadirkan dua poros utama sehingga menyebabkan terjadinya gejala divided society," kata Iswadi.

Saat itu, segmentasi masyarakat menjadi makin terpolarisasi ke dalam dua kutub yang berseberangan secara diametral, yakni pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin dan pendukung Prabowo-Sandi. Kondisi ini cukup menguras energi dan menghadirkan ketegangan politik tinggi.

"Meskipun sudah bergabungnya Gerindra ke dalam pemerintah. Pembelahan antarkubu cebong dan kampret, juga belum berhenti meski Prabowo dan Sandi kini telah menjadi anggota kabinet," ungkapnya.

Alumnus Institut Perguruan Darul Aman Malaysia ini menambahkan, yang penting menjadi catatan, calon-calon yang berasal dari partai politik baik dalam kapasitasnya sebagai ketua umum maupun elite partai lebih berpeluang mendapatkan tiket pencalonan mengingat otoritas tunggal partai politik sebagai pemegang kendali pencapresan.

Sebab pintu pencalonan tetap menjadi domain dan wewenang partai politik.

"Bisa saja, nama-nama yang beredar dengan elektabilitas tinggi, tidak bisa melenggang mulus dalam medan pertarungan karena tidak mendapatkan dukungan partai-partai politik," tandasnya.


Bak Orang Pacaran Menuju Hari Bahagia 2024

Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Lamhot Sinaga mengatakan koalisi merupakan keharusan karena tidak ada satupun partai yang bisa mengusung capres sendiri.

Atas dasar itu, Lamhot menyebut bahwa Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar bersama PAN dan PPP adalah terobosan cerdas menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Ia mengibaratakan pasangan yang memulai kisah kasihnya berpacaran, bertunangan hingga menuju hari bahagia menikah pada 2024.

"Hari ini di tempat lain juga ada deklarasi KIB dengan teman teman PPP dan PAN. Ibaratnya kita pacaran dulu. 2023 tunangan insyaallah menuju 2024 kita nikah untuk kemenangan 2024," kata Lamhot dalam diskusi publik RKN bertajuk 'Menakar Arah Koalisi 2024' di Ayoja Coffee Cilandak Jakarta, Sabtu (4/6/2022).

Lamhot mengatakan, untuk capres cawapres masih perlu musyawarah karena ini masih dinamis. Dia menyebitkan masih butuh waktu untuk mengkomunikasikan.

"Akan tetapi kita meyakini Hasil survei beberapa lembaga saat ini tidak bisa dijadikan patokan, masih terlalu dini, capres capres dengan elektabilitas tinggi tapi belum tentu dapat tiket 2024," ujar Lamhot.

"Kami dari Partai Golkar yakin setelah pasangan capres cawapres ditetapkan KPU, dan Airlangga yang diusung, itu akan merubah konstelasi dan elektabilitas Airlangga Hartarto akan naik drastis. 2024 siklus akan kembali ke Golkar dan Airlangga Hartarto akan menjadi Presiden RI berikutnya," imbuh Lamhot.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPP PKS Mabruri mengatakan PKS tidak akan terburu-buru dalam menentukan arah koalisi, tetapi kami berharap tiga poros akan terbentuk dalam konstelasi untuk menghindari polarisasi di masyarakat.

"Semua masih dinamis, di 2019 kami juga last minute menentukan arah koalisi," kata Mabruri.

Senada dengan PKS, Pengamat Politik Gun Gun Heryanto berharap ada tiga poros nanti di 2024 nanti.

Tetapi Gungun mengatakan ada 3 faktor yang menentukan dinamika politik nasional ke depan.

Pertama figur, kedua dinamika internal dan eksternal partai yang hal ini masih terjadi di PDIP.

"Sosok Megawati ini ke depan akan menjadi Game Changer. Ketiga publik accepted, penerimaan publik," ucapnya.

"Kemungkinan tiga poros tersebut KIB, poros Gerindra dan PDIP dan terakhir Poros Nasdem, PKS dan PD. Posisi PKB akan swing di salah satu poros," tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Apresiasi Nota Kesepahaman KIB, Pengamat: Atmosfer Pertarungan Capres 2024 Makin Dinamis

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved