Peringati Hari Lahir Pancasila 1 Juni, MPR Hadirkan Cinta Laura

Hari lahir Pancasila ditandai oleh pidato Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Hari lahir Pancasila diperingati pada tanggal 1 Juni.

Editor: Lodie Tombeg
tribunnews
Cinta Laura 

TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Hari lahir Pancasila ditandai oleh pidato Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Hari lahir Pancasila diperingati pada tanggal 1 Juni setiap tahunnya. 

Dalam pidatonya, Soekarno mengemukakan konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

Pidato tersebut disampaikan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.

Sejarah lahirnya Pancasila

Dikutip dari bpip.go.id, bermula dari kekalahan Jepang pada perang pasifik.

Jepang lalu berusaha mendapatkan hati masyarakat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan dan membentuk sebuah lembaga yang tugasnya untuk mempersiapkan hal tersebut.

Nama lembaga tersebut adalah Dokuritsu Junbi Cosakai.

Dikutip dari semarangkota.go.id, Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mulai mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei dan selesai tanggal 1 Juni 1945.

Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945.

Keesokan harinya 29 Mei 1945, pembahasan dimulai dengan tema dasar negara.

Rapat pertama diselenggarakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta.

Gedung tersebut kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang.

Pada 1 Juni 1945, giliran Ir. Soekarno untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakan Pancasila.

Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.

Kemudian BPUPKI membentuk panitia kecil yang dinamakan Panitia Sembilan untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.

Panitia Sembilan terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin.

Kesembilan tokoh inilah yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Soekarno pada 1 Juni 1945.

Pidato tersebut dijadikan dokumen sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil penggalian Soekarno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945.

Pada 18 Agustus 1945, pidato tersebut disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka oleh BPUPKI.

Pidato tersebut dibukukan dan pertama kali terbit pada tahun 1947.

Dalam kata pengantar pada buku itu, mantan Ketua BPUPKI Dr Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Soekarno itu berisi Lahirnya Pancasila.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016, tanggal 1 Juni resmi ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

Jokowi menyampaikan keputusan ini melalui pidato pada peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, di Gedung Merdeka, Bandung pada 1 Juni 2016.

Tanggal 1 Juni juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.

3 Tokoh Perumus Dasar Negara

Dikutip dari bobo.grid.id, sebelum Pancasila dijadikan dasar negara, ada tiga tokoh yang memberi usulan untuk digunakan sebagai dasar negara.

Tiga tokoh perumus dasar negara:

1. Mohammad Yamin

Mohammad Yamin merupakan seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum.

Beliau memberikan lima hal untuk dijadikan dasar negara saat berpidat, kelima hal itu adalah:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri ke-Tuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Mohammad Yamin juga memberikan usulan dalam bentuk tertulis.

Namun, usulan dalam bentuk tertulis ini berbeda dengan usulan yang ia ungkapkan saat berpidato.

Berikut usulan yang ia berikan dalam bentuk tertulis:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan beradab

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Dr. Soepomo

Tokoh kedua adalah Dr. Soepomo.

Beliau juga memberikan lima rumusan untuk dijadikan dasar negara, kelima rumusan itu, yaitu:

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat

3. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno menjadi tokoh terakhir yang memberi usulan untuk dasar negara.

Berbeda dengan dua tokoh lainnya, beliau memberi tiga usulan untuk dijadikan dasar negara, yakni Pancasila, Trisila, dan Ekasila.

Rumusan Pancasila yang diusulkan Ir. Soekarno berbunyi:

1. Kebangsaan Indonesia – atau nasionalisme –

2. Internasionalisme – atau peri-kemanusiaan –

3. Mufakat – atau demokrasi –

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan

Rumusan Trisila yang diusulkan Ir. Soekarno berbunyi:

1. Sosio – nasionalisme

2. Sosio – demokratis

3. Ke – Tuhanan

Rumusan Ekasila yang diusulkan Ir. Soekarno berbunyi:

1. Gotong – royong

Kata Pancasila dicetuskan oleh Ir. Soekarno saat berpidato pada tangga 01 Juni 1945.

Maka dari itu, tanggal 01 Juni 1945 dijadikan sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sarasehan Hadirkan Prof Magnis Hingga Cinta Laura

Memperingati Hari Kelahiran Pancasila yang jatuh setiap 1 Juni, MPR RI bersama Institut Filsafat Pancasila mengelar sarasehan bertajuk 'Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara dan Relevansinya dalam Kehidupan Bersama' di Gedung Nusantara V, Kompleks DPR/MPR RI, Jakarta.

Direktur Institut Filsafat Pancasila Yoseph Umarhadi menyebutkan, selain demi memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022, secara khusus sarasehan ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang Pancasila yang selama ini lebih banyak bermuatan politis (sebagai Ideologi) menjadi pemahaman yang lebih filosofis.

Sebab, kata Yoseph, sejatinya Pancasila adalah nilai-nilai dasar dan universal (filsafat) yang dihayati dan dihidupi selama ratusan tahun oleh Bangsa Indonesia.

"Para pendiri meletakkan bangunan negara ini di atas suatu dasar filsafat yang kokoh (philosophische grondslag)," kata Yoseph, Sabtu (28/5/2022).

Pria yang pernah menjadi anggota DPR/MPR RI sejak 1999 sampai 2019 ini menyebutkan, memasuki zaman reformasi pembicaraan tentang Pancasila semakin mengendur dan jauh dari kehidupan masyarakat.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia cenderung bersifat liberal dan prosedural.

Karena itu, setiap warga negara dan penyelenggara negara seyogianya harus memahami Pancasila dengan benar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari sehingga menjadi pandangan hidup, jiwa, dan filosofi dasar bagi Bangsa Indonesia.

Di sisi lain, Yoseph menyebutkan bahwa kesan pada umumnya menganggap Pancasila merupakan domain elit yang pembahasannya berada di istana pada Zaman Orde Baru kemudian beralih ke gedung DPR/MPR RI pada Zaman Reformasi.

Karena itu, sarasehan ini berharap bisa memindahkan titik koordinat elitis (bumi yang datar) menuju ke publik atau semua warga/ rakyat (bumi yang buat) sebagai pemegang kedaulatan dan menjadi diskursus publik.

Rekomendasi untuk MPR RI

Dalam kesempatan ini, MPR RI dan Institut Filsafat Pancasila menghadirkan para narasumber yang kompeten di bidangnya selain artis Cinta Laura yang diharapkan bisa menjadi magnet bagi generasi muda agar tertarik pada Pancasila.

Diawali dengan pidato pembukaan oleh Ketua MPR RI H Bambang Soesatyo, yang sekaligus menjadi keynote speaker, pembicara selanjutnya adalah Prof Frans Magnis Suseno, seorang Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta.

Romo Magnis akan bicara tentang Pancasila sebagai konsensus negara yang sifatnya mendasar.

Selanjutnya Yoseph Umarhadi, Doktor Filsafat dan Penulis Buku Hakikat Manusia Pancasila hendak bicara tentang hakikat manusia Pancasila itu sendiri dan mantan Ketua BPIP Yudi Latief, akan berbicara tentang Pancasila dalam kaitannya dengan ketatanegaraan.

Sementara, Cinta Laura yang didapuk mewakili generasi muda akan memberikan speech tentang bagaimana menghayati dan menghidupi Pancasila sebagai generasi muda.

"Kami berharap dari sarasehan ini akan ada keluaran atau output berupa rekomendasi yang tegas dan jelas serta refleksi tentang Pancasila yang menjadi dasar negara kita kepada MPR RI," ujar Yoseph.

Selain itu, juga diharapkan terbukanya kembali kesadaran akan jati diri Pancasila sebagai filsafat negara yang seharusnya mendasari hidup bermasyarakat dan berbangsa. (*)


Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul SEJARAH Singkat Hari Lahir Pancasila Diperingati Setiap 1 Juni, Ini 3 Tokoh Perumus Dasar Negara

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved