PPP Gorontalo Incar Senayan

Pengamat: PPP Tak Nikmati Efek Ekor Jas Jokowi-Maruf

Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam menilai, partai-partai politik berlatar belakang Islam.

Editor: Lodie Tombeg
Tribunnews
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa 

TRIBUNGORONTALO.COM - Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam menilai, partai-partai politik berlatar belakang Islam belum mampu memimpin koalisi partai pada Pemilihan Presiden 2024.

Ada PPP, PAN, PKB dan PKS belum memiliki tokoh besar yang mampu memimpin koalisi. Di Gorontalo, PPP termasuk partai politik yang diperhitungkan. PPP Gorontalo pada Pileg DPR RI berada di urutan 4.

PPP juga mampu menududukan beberapa kader di eksekutif seperti Ketua DPW Gorontalo Nelson Pomalingo yang saat menjabat Bupati Gorontalo.

"Partai politik Islam belum siap menjadi "imam" dan tetap berada di posisi "makmum" menuju terbentuknya poros koalisi di pemilu 2024," kata Umam dalam acara diskusi Paramadina Democracy Forum, Selasa (19/4/2022).

Umam beralasan, hingga saat ini belum ada satu pun tokoh dari partai berbasis Islam yang memiliki daya tawar yang kuat dalam peta politik nasional.

Menurut Umam, jika ingin memimpin sebuah koalisi, mesti ada tokoh dari partai politik Islam yang dapat menyatukan seluruh kekuatan untuk setidaknya memenuhi ambang batas pencalonan presiden.

"You name it, ketua umum partai mana, tokoh yang mana, belum ada," ujar dia.

Umam menambahkan, dalan konteks pilpres, partai politik Islam juga mesti mengatasi dan mengantisipasi terjadinya split ticket voting, yakni situasi ketika pilihan basis pemilih loyal sebuah partai berbeda dengan dukungan yang diberikan elite partai politik kepada calon presiden tertentu.

Ia mencontohkan, hal itu dialami oleh PPP yang mendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin tetapi basis pemilih loyal PPP cenderung tidak memilih Jokowi-Ma'ruf.

Akibatnya, terjadi split ticket voting yang membuat partai berlambang kabah tersebut tidak menikmati efek ekor jas dari proses Pilpres 2019 yang dimenangkan Jokowi-Ma'ruf.

"Maka di 2024, partai politik Islam kalau mau survive maka harus betul-betul mempertimbangkan apakah calon yang didukung itu betul-betul diterima oleh basis pemilih loyal mereka atau tidak," kata Umam. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengamat Nilai Partai Islam Belum Siap Jadi "Imam" dalam Koalisi Pilpres 2024"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved