Hari Sinodis Terpanjang Sekaligus Waktu Surya Sejati
Hari sinodis adalah selang waktu yang diukur sejak kulminasi Matahari hingga kulminasi Matahari hari berikutnya.
Penulis: Lodie Tombeg | Editor: Lodie Tombeg
TRIBUNGORONTALO.COM - Hari sinodis adalah selang waktu yang diukur sejak kulminasi Matahari hingga kulminasi Matahari hari berikutnya. Nah, Minggu, 26 Desember 2021 merupakan hari sinodis atau hari surya sejati.
Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang menjelaskan, hari sinodis bervariasi antara 23 jam 59 menit 38 detik (pada 18 September) hingga 24 jam 00 menit 30 detik (pada 26 Desember).
Hal ini disebabkan oleh kelonjongan orbit Bumi dan sudut yang dibentuk antara khatulistiwa dengan ekliptika atau disebut juga sebagai deklinasi. Kelonjongan orbit Bumi membuat hari sinodis bervariasi antara 23 jam 59 menit 50 detik (saat perihelion) hingga 24 jam 00 menit 10 detik (saat aphelion).
Sedangkan, deklinasi Matahari membuat hari sinodis bervariasi antara 23 jam 59 menit 40 detik (saat ekuinoks) hingga 24 jam 00 menit 20 detik (saat solstis).
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Kombinasi dari dua variabel ini membuat hari sinodis menjadi bervariasi sebagaimana yang sudah disebutkan di awal.
Dikarenakan panjang hari sinodis bervariasi dalam setahun, maka waktu surya rata-rata atau mean solar time, satu hari selalu konstan 24 jam akan memiliki selisih dengan waktu surya sejati (true solar time).
Waktu surya sejati yakni kulminasi Matahari saat tengah hari selalu pada pukul 12.00, sebesar –16,4 hingga +14,3 menit.
"Selisih inilah yang kemudian disebut sebagai “perata waktu”. Hal inilah yang membuat kulminasi Matahari saat tengah hari jika diukur dengan waktu surya rata-rata maupun waktu sipil/terzonasi (civil/zonated time) menjadi bervariasi," kata Andi kepada Kompas.com, Selasa (31/11/2021).
Saat kurva perata waktu mencapai titik ekstrem (12 Mei dan 27 Juli) dan titik balik (12 Februari dan 3 November), maka hari sinodis akan tepat 24 jam.
Baca juga: BMKG Pastikan Gempa Tektonik yang Terjadi di Laut Flores
Disampaikan Andi, panjang hari sinodis yang dikurangi dengan panjang hari rata-rata merupakan turunan pertama dari fungsi perata waktu.
"Hari sinodis terpanjang bertepatan dengan saat di mana waktu surya sejati sama dengan waktu surya rata-rata. Artinya, pukul 12.00 waktu surya sejati sama dengan pukul 12.00 waktu surya rata-rata," jelasnya.
Kondisi ini tidak hanya terjadi saat hari sinodis terpanjang, melainkan pada tanggal 14 April, 14 Juni, dan 1 September.
Dengan demikian, dalam satu tahun, terjadi empat kali kondisi ketika waktu surya sejati sama dengan waktu surya rata-rata.
Fenomena ini adalah fenomena tahunan yang biasa terjadi setiap tahunnya. Dikarenakan Bumi mengalami pergeseran titik perihelion terhadap bujur nol ekliptika atau disebut juga presisi apsidal, maka tanggal terjadinya hari sinodis terpanjang, hari sinodis terpendek; waktu surya sejati sama dengan waktu surya rata-rata.
Waktu surya rata-rata lebih lambat maupun lebih cepat dari waktu surya sejati atau hari sinodis tepat 24 jam, akan mengalami pergeseran pula. (Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terjadi Hari Ini, Hari Sinodis Terpanjang Sekaligus Waktu Surya Sejati"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gorontalo/foto/bank/originals/Matahari4.jpg)