Berita Viral

Miris! Dokter Dianiaya Keluarga Pasien Hanya Karena Tolak Lepas Masker Sesuai SOP

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENGANIAYAAN -- Sebuah video yang viral di media sosial menggegerkan publik. Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), mengalami kekerasan fisik saat tengah menjalankan tugasnya.

TRIBUNGORONTALO.COM -- Sebuah video yang viral di media sosial menggegerkan publik. Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), mengalami kekerasan fisik saat tengah menjalankan tugasnya.

Ironisnya, insiden ini terjadi hanya karena sang dokter menolak melepas masker demi mematuhi standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit.

Kejadian bermula ketika dokter yang belakangan diketahui bernama dr. Syahpri, tengah memeriksa pasien di kamar rawat inap.

Keluarga pasien meminta sang dokter untuk melepas maskernya, meski pasien diketahui mengidap Tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang berisiko tinggi menyebar lewat udara.

Baca juga: Info Gempa Bumi dengan SR 3.3 Menguncang Wilayah Jawa, Indonesia BMKG: Kedalaman 196Km

Baca juga: Keyla Hamid dan Stevany Duma, Siswi Pembawa Baki di HUT RI Kota Gorontalo

Dalam video tersebut, seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan, dianiaya saat memeriksa pasien di kamar rawat inap.

Hal ini bermula ketika keluarga pasien meminta dokter tersebut untuk melepas masker yang dikenakannya.

Dari narasi yang beredar, pasien yang diperiksa mengidap penyakit TBC (Tuberkulosis).

Namun, permintaan tersebut ditolak oleh korban secara halus karena melepas masker bertentangan dengan standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit.

Tiba-tiba, salah satu anggota keluarga pasien memegang tubuh bagian belakang korban sambil memaksa membuka masker.

Meski akhirnya dokter tersebut membuka maskernya, tindakan itu dilakukan dalam tekanan, dengan tangan keluarga pasien masih terlihat menyentuh tubuhnya.

Akhirnya, dokter memeriksa pasien tanpa masker.

Padahal, dokter wajib menggunakan masker selama berada di lingkungan fasilitas kesehatan.

Selain mencegah penularan infeksi, masker juga melindungi penularan pada pasien yang rentan.

Beberapa tempat di rumah sakit seperti di ruang tunggu, ICU, kamar operasi, dan semua ruang tertutup di rumah sakit wajib menggunakan masker.

Baca juga: GORONTALO TERPOPULER: Kisah Muvida Pratiwi hingga Bripda Farhan Diduga Kabur Karena Mental

Baca juga: Upacara HUT ke-80 RI Kota Gorontalo Dipusatkan di Buladu, Persiapan Sudah 75 Persen

Dokter yang melakukan pemeriksaan langsung terhadap pasien juga wajib bermasker.

Tak hanya dokter, semua tenaga medis juga diwajibkan menggunakan masker di situasi tertentu.

Dilansir TribunSumsel.com, Humas RSUD Sekayu, Dwi Marsilviah, mengaku telah mendengar kabar penganiayaan terhadap dokter tersebut.

Saat ini, pihak rumah sakit tengah melakukan rapat internal terkait insiden tersebut.

"Ada nanti ya, kita masih rapat di RS," ujarnya singkat.

Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) mengecam insiden kekerasan fisik ini.

Ketua Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi (BHP2A) IDI Muba, Zwesty Devi, mengatakan pihaknya prihatin atas apa yang dialami korban, dr. Syahpri.

"Tindakan kekerasan terhadap tenaga kesehatan, apalagi secara fisik, tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun."

"Dalam video yang beredar, terlihat adanya kontak fisik dari pihak keluarga pasien kepada dokter yang tengah menjalankan tugasnya," tegas dr. Zwesty, Rabu (13/8/2025).

IDI Muba pun akan melakukan pendampingan hukum kepada korban.

Zwesty menuturkan, pihaknya mendukung penuh langkah-langkah yang diambil oleh pihak rumah sakit dan Dinas Kesehatan Muba.

Baca juga: Wanita Muda di Purwakarta Tewas Bersimbah Darah, Teror WhatsApp Sebelumnya Tak Ditindak Polisi

Baca juga: Mendiktisaintek Ajak Mahasiswa Baru UNG Jadi Generasi Kreatif, Adaptif, dan Berintegritas

"Kami akan mengawal proses hukum ini bersama RSUD Sekayu dan Dinkes Muba. Dokter adalah garda terdepan layanan kesehatan, bukan pihak yang seharusnya menjadi korban kekerasan," ungkapnya, dikutip dari TribunSumsel.com.

Ia pun berharap, peristiwa ini menjadi perhatian publik supaya tak ada tenaga medis yang mendapatkan aksi penganiayaan serupa.

"Ini masalah profesi kami berharap peristiwa serupa tidak terulang kembali dan dokter tetap dapat menjalankan fungsinga tanpa ada ketakutan," jelasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com