Info Tekno

Studi Baru Mengungkapkan Terlalu Sering Pakai ChatGPT Bisa Bikin Kesepian?

Editor: Wawan Akuba
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MANFAAT CHATGPT -- Manfaat atau Bahaya? OpenAI Teliti Efek Psikologis ChatGPT pada Pengguna.

TRIBUNGORONTALO.COM -- OpenAI terus menghadirkan inovasi dengan merilis model AI terbaru hampir setiap minggu untuk meningkatkan kemampuan chatbot ChatGPT bagi 400 juta penggunanya.

Namun, kemudahan yang ditawarkan teknologi ini justru menimbulkan pertanyaan: apakah mungkin ada dampak negatif dari penggunaan yang berlebihan?

Dalam langkah terbaru, OpenAI kini meneliti dampak psikologis dari interaksi pengguna dengan ChatGPT.

Perusahaan kecerdasan buatan ini merilis hasil studi yang dilakukan bersama MIT Media Lab, yang mengungkap hubungan antara meningkatnya penggunaan ChatGPT dengan perasaan kesepian pada penggunanya.

Baca juga: Jadwal KM Nggapulu Kapal Pelni Mudik Lebaran 2025: Hari Ini Berangkat dari Surabaya ke Jakarta

Studi ini dilakukan secara independen oleh masing-masing organisasi sebelum akhirnya digabungkan untuk mendapatkan kesimpulan bersama.

OpenAI menganalisis lebih dari 40 juta interaksi ChatGPT selama satu bulan tanpa keterlibatan manusia demi menjaga privasi pengguna.

Sementara itu, MIT melibatkan sekitar 1.000 partisipan yang menggunakan ChatGPT selama 28 hari. Saat ini, hasil penelitian tersebut masih menunggu proses peer-review.

Teknologi AI dan Kesepian: Ancaman atau Solusi?

Penelitian MIT menyoroti berbagai cara penggunaan ChatGPT yang dapat mempengaruhi pengalaman emosional pengguna, termasuk melalui teks maupun suara.

Baca juga: Fakta Baru! Identitas Satu Keluarga Meninggal dalam Kecelakaan Bus di Jeddah Arab Saudi

Hasilnya menunjukkan bahwa kedua metode ini dapat berkontribusi pada perasaan kesepian atau mempengaruhi pola sosialisasi pengguna selama studi berlangsung.

Infleksi suara dan pemilihan topik percakapan menjadi faktor penting dalam studi ini.

Mode suara dengan nada netral pada ChatGPT cenderung mengurangi dampak emosional negatif pada pengguna.

Namun, penelitian menemukan korelasi antara pengguna yang melakukan percakapan pribadi dengan ChatGPT dan meningkatnya perasaan kesepian, meskipun efek ini hanya bersifat jangka pendek.

Pengguna yang berinteraksi melalui teks, bahkan hanya untuk topik umum, juga menunjukkan peningkatan ketergantungan emosional terhadap chatbot ini.

Studi ini juga mencatat bahwa pengguna yang menganggap ChatGPT sebagai teman atau mereka yang memiliki kecenderungan keterikatan emosional tinggi dalam hubungan interpersonal lebih rentan merasa kesepian serta semakin bergantung secara emosional pada chatbot selama penelitian berlangsung.

Interaksi Emosional Masih Jarang, Namun Patut Diwaspadai

OpenAI menambahkan perspektif lain dalam studinya, menyebutkan bahwa interaksi pengguna dengan ChatGPT untuk tujuan emosional masih tergolong jarang.

Bahkan di kalangan pengguna berat yang menggunakan fitur Advanced Voice Mode dan menganggap ChatGPT sebagai teman, reaksi emosional terhadap chatbot ini tetap rendah.

Baca juga: Nenek Usia 79 Tahun di Gorontalo Jualan Lampu Botol Tumbilotohe, Setia Menunggu Pembeli

Tujuan OpenAI dalam studi ini adalah untuk memahami tantangan yang mungkin muncul akibat teknologi ini serta menetapkan ekspektasi dan panduan penggunaan AI yang lebih bertanggung jawab.

Namun, di luar studi ini, fenomena lain muncul di dunia nyata. Banyak pengguna di forum publik seperti Reddit mengakui bahwa mereka menggunakan ChatGPT sebagai pengganti terapi psikologis untuk mencurahkan perasaan mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat menjadi alat yang bermanfaat, dampak emosional dari penggunaannya tetap perlu diperhatikan secara serius.

Dengan semakin berkembangnya kecerdasan buatan, apakah kita akan semakin terhubung atau justru semakin kesepian?

Pertanyaan ini menjadi tantangan yang perlu dijawab seiring dengan evolusi teknologi AI di masa depan.

(*)