TRIBUGORONTALO.COM, Bone Bolango - Isna Nalole, orangtua siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Wira Bhakti Gorontalo yang diduga dibully seniornya mengaku anaknya kabur dari sekolah hanya menuntut keadilan.
Hal tersebut karena imbas kelakuan seniornya yang diduga melewati batas.
Isna mengaku hanya mewakili anaknya secara pribadi. Hal tersebut karena anaknya ikut kabur bersama 29 siswa lainnya
"Mereka hanya meminta keadilan, saya mewakili orang tua mungkin kami akan membahas pihak sekolah," ungkapnya kepada wartawan, Senin (13/5/2024)
Isna juga menjelaskan ia bersama orangtua siswa lainnya akan mencari solusi terbaik untuk kejadian dugaan bullying dan perundungan di SMA Wira Bhakti Gorontalo.
Tak hanya itu, Isna juga menjelaskan bentuk dugaan bullying yang terjadi pada anaknya. Siswa diminta untuk melakukan pekerjaan pribadi seniornya seperti menyediakan makanan.
"Mereka sering mendapatkan kayak perintah-perintah dari kakak kelasnya, kayak seperti menyediakan makanan mereka (senior), mungkin setiap tahun seperti itu," ungkapnya
Namun Isna menyayangkan sikap sekolah yang seolah tutup mata dari kejadian sebelumnya.
"Pihak sekolah seharusnya bisa menyikapi ini dari kejadian yang sebelum-sebelumnya," ucapnya
Isna juga menjelaskan ingin menyampaikan keluhannya kepada pihak sekolah.
Ia mengaku tidak bisa menjelaskan secara detail keluhan tersebut kepada pers. Menurutnya ia akan menjelaskan langsung kepada pihak sekolah.
"Perlakuan secara fisik saya tidak bisa mendetail, walaupun sebenarnya ada yang ingin saya keluhkan, tapi saya mohon maaf, saya tidak bisa bicara di depan media," jelasnya
Puluhan Siswa Kabur dari SMA Wira Bhakti Gorontalo Lewat Selokan dan Rawa
Diketahui, puluhan siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Terpadu Wira Bhakti (WB) Gorontalo kabur dari asrama sekolah.
Sebanyak 30 siswa itu kabur karena diduga sering dibully atau mendapatkan perundungan dari kakak kelasnya.
Hal itu terungkap setelah keluarga siswa membeberkan perlakuan yang dialami anaknya selama disekolah.
Keluarga salah satu siswa SMA Terpadu Wira Bhakti mengatakan puluhan siswa itu kabur dari asrama sekolah sekira pukul 01.00 Wita, Jumat (10/5/2024) dini hari.
"Para siswa itu kabur lewat selokan besar, tinggi airnya sekitar selutut, mereka melewati seperti rawa-rawa begitu dan tembus ke arah sawah dan jalan," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (12/5/2024).
Setelah berada di area jalan, puluhan siswa berusaha mencari pertolongan dengan meminjam handphone warga.
Bahkan tiga orang siswa lainnya sempat terpisah dari rombongan siswa lainnya, bahkan hampir diganggu oleh preman di area itu.
Beruntungnya ketiga siswa itu bertemu kembali dengan rombongan di salah satu kantor desa di Bone Bolango.
"Mereka ketemu seorang kakek dan meminjam hp-nya, tapi hp kakek itu tidak bisa digunakan untuk download aplikasi Instagram. Akhirnya kakek mengajak mereka ke rumahnya dan meminjamkan hp anaknya," paparnya.
Akhirnya para siswa ini mengunakan hp tersebut untuk menghubungi eks Siswa SMA Wira Bhakti melalui Instagram.
"Kebetulan eks siswa ini sedang aktif Instagram juga, cuman posisi dia bersama ayahnya tidak berada di rumah, tapi di rumah itu ada saudara mereka," jelasnya.
"Para siswa ini tetap melanjutkan perjalanan walaupun pemilik rumah tidak di tempat, mereka lalu pesan tiga Maxim car dari hp yang dipinjam tadi, dan menuju ke rumah mantan siswa di sekolah itu," tuturnya.
30 siswa itu menempuh perjalanan dari Bone Bolango menuju Kota Gorontalo sekitar 14 kilometer.
"Sampai ditujuan, rumah itu terkunci, karena mungkin mereka tidak enak membangunkan, jadi mereka tidur di teras, pas pagi saudara pemilik rumah kaget," ucapnya.
"Kaget karena sudah siswa banyak siswa di situ, alhamdulillah pemilik rumah langsung kasih makan ke mereka," tambahnya.
Pemilik Rumah, Rusdianto membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan sebanyak 30 siswa sejak Jumat dini hari sudah berada di rumahnya.
"Betul, sudah dari jam 3 subuh mereka di situ, saya dikasih tahu tetangga saat pagi hari ada dua orang di teras rumah, ternyata temannya lain ada di masjid," kata Rusdianto kepada TribunGorontalo.com melalui sambungan telepon, Minggu (12/5/2024) siang.
Rusdianto menjelaskan bahwa anaknya pernah bersekolah di SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo, sehingga memiliki hubungan pertemanan dengan salah satu siswa yang kabur.
"Mereka menghubungi anak saya, karena temannya anak saya ini dulu sering tidur di rumah," jelasnya.
Eks Danramil di Gorontalo Utara itu juga mengatakan puluhan siswa yang kabur ini karena sudah tidak tahan dengan perlakuan seniornya.
"Saya sempat tanya mereka, katanya mereka sudah tidak tahan. Uangnya sering cepat habis karena sering dipalak sama seniornya, beli tisu, disuruh setrika, cuci piring seniornya," ungkapnya.
"Anak saya juga pernah sekolah di situ, karena dia tidak tahan dengan kelakuan seniornya, jadi saya pindahkan," jelasnya.
Kronologi
Pada saat ingin sholat, para siswa disebut mendapatkan perlakuan bullying.
"Mukena mereka diikat satu sama lain, mereka juga sering diminta untuk setrika baju senior dan nyuci piring senior padahal itu urusan pribadi masing-masing," ungkap keluarga siswa.
Tak hanya itu, para siswa juga dipaksa makan dengan porsi berlebihan dan harus dihabiskan.
"Padahal porsi itu tidak sesuai dengan porsi makan para siswa, takutnya siswa ini bisa kembung dan sakit karena dipaksa menghabiskan makanan itu," ucapnya.
"Bahkan kebutuhan senior seperti tisu dan kecap, para siswa ini disuruh belikan dengan uang mereka sendiri," tambahnya.
Selain itu perundungan lain yang dialami oleh siswa adalah sikap duduk sinden dengan posisi tumpuan badan berada di jari-jari kaki.
"Dan itu dilakukan selama berjam-jam, saking lamanya, posisi jari mereka itu lama kembali seperti semula," ujarnya.
Keluarga siswa mengaku sebenarnya kasus perundungan atau bullying ini sudah sempat dikeluhkan kepada orang tua siswa. Namun informasi keluhan tersebut tidak pernah sampai ke orang tua siswa.
"Kata siswa keluhan mereka gak disampaikan ke orang tua, tetapi jika surat itu hanya sebatas permintaan kebutuhan taruni didalam, pasti disampaikan ke orangtua," ungkap dia.
Keluarga korban menyadari sekolah tersebut merupakan pendidikan berbasis Taruna dan Taruni, namun ia berharap perlakuan ke siswa disesuaikan dengan umur dan tidak berlebihan.
"Hukuman yang gak memberikan pembelajaran positif dihilangkan, perundungan dihilangkan, yang buruk dihilangkan," tegasnya.
Rencananya 30 siswa yang melarikan diri dari asrama sekolah akan balik ke SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo pada Senin (13/5/2024).
Sementara itu, TribunGorontalo.com berusaha meminta keterangan dari pihak SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo, namun saat ini mereka enggan menerima tamu dari luar.
"Untuk media kami belum bisa menerima, sekarang juga masih proses pemeriksaan," ungkap satpam yang berjaga di pintu gerbang sekolah, Minggu (12/5/2024) pukul 13.31 Wita.