Capres 2024

PDIP Cenderung Gandeng Tokoh NU: Miftachul-Said Aqil-Yahya Cholil Berpeluang

Editor: Lodie Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh NU KH Yahya Cholil Staquf (kiri), KH Miftachul Akhyar (kanan atas) dan KH Said Aqil Sirodj berpeluang digadang PDIP pada Pilpres 2024.

TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - PDIP cenderung menggandeng tokoh Nahdlatul Ulama untuk berpasangan di pilpres.

Tokoh NU seperti KH Miftachul Akhyar, KH Said Aqil Sirodj dan KH Yahya Cholil Staquf berpeluang digadang PDIP pada Pilpres 2024.

Kader PDIP seperti Puan Maharani atau Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dan tokoh NU seperti Miftachul Akhyar, Said Aqil Sirodj dan Yahya Cholil Staquf berpeluang berpeluang calon wakil presiden.

Pendiri Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Saiful Mujani mengungkapkan adanya kemungkinan PDIP akan berkoalisi dengan tokoh NU dalam kontestasi Pilpres 2024.

Hal tersebut diungkapkan Saiful dengan menilik sejarah PDIP yang sering mencalonkan calon wakil presiden (cawapres) dari tokoh NU.

Prediksi itu kembali diulang Saidiman Ahmad, Peneliti SMRC. Dia memprediksikan pada Pilpres 2024, PDIP akan memasangkan kader, antara Puan Maharani maupun Ganjar Pranowo, dengan tokoh NU.

"Sejarah PDIP selalu berpasangan dengan tokoh NU. Dapat dilihat dari beberapa kali pilpres. Paling akhir Joko Widodo-Maruf Amin," ujar Saidiman saat wawancara live di CNN Indonesia, Senin (20/6/2022).

“Jadi, dalam sejarahnya misalnya Ibu Mega, PDI Perjuangan, itu cenderung akan berkoalisi sama tokoh-tokoh dari NU,” katanya dalam diskusi virtual bertajuk Bedah Politik SMRC di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis (21/4/2022).

Berikut profil singkat ketiga tokoh NU:

1) KH Yahya Cholil Staquf

Dikutip dari wikipedia.org, Kyai yang juga dikenal dengan sapaan Gus Yahya lahir 16 Februari 1966 di Rembang, Jawa Tengah.

Dia adalah ulama yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027.

Sebelumnya pada masa khidmat 2015-2021 ia menjabat sebagai Katib 'Aam PBNU.

Gus Yahya adalah putra salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa, KH M Cholil Bisri.

Dia juga merupakan kakak kandung dari Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.

Gus Yahya juga menjadi salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.

Gus Yahya tercatat pernah menimba ilmu di pesantren asuhan KH Ali Maksum di Madrasah Al Munawwir Krapyak, Sewon, Bantul.

Pada jenjang pendidikan tinggi, ia tercatat pernah menempuh pendidikan Jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada.

Pada saat menjadi mahasiswa, ia juga aktif dalam Organisasi Ekstra Kampus sebagai Ketua Umum Komisariat Fisipol UGM Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta Periode 1986-1987.

2) KH Miftachul Akhyar

Tokoh NU ini lahir 30 Juni 1953. Adalah ulama yang saat ini menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027, yakni jabatan tertinggi dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama.

Di periode sebelumnya ia juga menjabat sebagai Rais 'Aam PBNU sesuai Rapat Pleno PBNU pada Sabtu, 22 September 2018 karena menggantikan Prof Dr KH Ma'ruf Amin yang resmi mengundurkan diri dari jabatan Rais 'Aam.

Maruf menjadi Calon Wakil Presiden di Pilpres 2019 bersama Calon Presiden Joko Widodo.

Kyai Miftach juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 2020, pada 9 Maret 2022.

Dia mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI karena ia ingin berfokus menjadi Rais 'Aam PBNU dan tidak ingin rangkap jabatan.

Selain itu, ia juga merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.

Kyai Miftah tercatat pernah 'nyantri' di beberapa pesantren ternama, di antaranya Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan.

Kemudian Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah; juga mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al-Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.


3) KH Said Aqil Sirodj

Adalah Ketua Umum PBNU (2010 - 2015). Prof Dr KH Said Aqil biasa dipanggil dengan panggilan Siradj.

Kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 dengan latar belakang agama yang kuat dan selalu ingin memperjuangkan Islam di berbagai aspek.

Siradj juga mempunyai latar belakang akademis yang luas dalam ilmu Islam.

Alumni S3 University of Umm Al-qura dengan jurusan Aqidah / Firasat islam ini lulus pada tahun 1994 yang sebelumnya mengambil S2 di Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987 dan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982.

Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan modal Siradj dalam dakwah dan memperjuangkan Islam di era baru ini.

Belajar dari Sejarah

Belajar dari beberapa kali pemilihan presiden, terakhir Pilpres 2019, PDIP punya kecenderungan memasangkan kadernya dengan tokoh NU. 

Saidiman Ahmad, Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pun memprediksikan pada Pilpres 2024, PDIP akan memasangkan kader, antara Puan Maharani maupun Ganjar Pranowo, dengan tokoh NU.

"Sejarah PDIP selalu berpasangan dengan tokoh NU. Dapat dilihat dari beberapa kali pilpres. Paling akhir Joko Widodo-Maruf Amin," ujar Saidiman saat wawancara live di CNN Indonesia, Senin (20/6/2022).

Capres-Cawapres PDIP:

Pemilihan Lewat MPR

1) Abdurrahman Wahid (tokoh NU)-Megawati

Pemilihan Langsung

1) Pilpres 2004:
Megawati - Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)

2) Pilpres 2009:
Megawati - Prabowo Subianto (Partai Gerindra)

3) Pilpres 2014:
Jokowi-Jusuf Kalla (Partai Golkar)

4) Pilpres 2019:
Jokowi-Maruf Amin (Rais Aam PBNU)

Sementara itu, PDIP menilai kerja sama antar-partai politik menghadapi Pemilu 2024 adalah sebuah keniscayaan.

Untuk itu, PDI-P disebut terus menjalin komunikasi dengan petinggi-petinggi partai politik guna menyamakan platform dalam rangka Pilpres.

"Kami terus membangun komunikasi dengan para ketua umum partai. Sehingga kesamaan terhadap platform dan kerja sama dalam rangka pilpres itu ujung-ujungnya kan pada penetapan calon," kata Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto di Sekolah Partai, Jakarta, Senin (20/6/2022).

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. PDIP cenderung menggandeng tokoh NU pada pilpres. (tribunnews)

Hasto melanjutkan, PDI-P akan menunggu momentum yang tepat untuk mengumumkan soal kerja sama itu ke publik.

Di sisi lain, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri disebut sudah mengantongi sejumlah nama yang masuk bursa pencapresan.

"Nama-nama itu ada di Ibu Megawati Soekarnoputri. Beliau terus mempertimbangkan," ucap Hasto. Lebih jauh, Hasto menjelaskan bahwa selama ini PDI-P sudah membangun kerja sama dengan partai politik, salah satunya dengan partai koalisi pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Dan banyak pihak mengakui kalau kerja sama dengan PDI Perjuangan itu kita memegang komitmen," tambah dia.

Menurut Hasto, Megawati akan menetapkan calon yang akan diusung PDI-P saat waktunya tiba. Demikian halnya dengan langkah politik PDI-P untuk berkoalisi.

"Kerja sama adalah suatu keniscayaan bagi PDI-P yang mengusung semangat gotong royong," imbuh dia. Sebelumnya, sejumlah partai politik sudah menjajaki komunikasi menghadapi Pemilu 2024.

Beberapa partai politik itu di antaranya PKB, Gerindra, dan PKS.

Selain itu, ada pula parpol yang sudah menandatangani nota kesepahaman membentuk koalisi yaitu Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Koalisi tiga partai itu bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). (*)