Pemerintah Pikirkan Opsi Pemakaian Masker: Kasus Covid-19 Subvarian BA4-BA5 Meningkat

Editor: Lodie Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril SpP MPH

TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta - Aturan pelonggaran masker di ruang terbuka dievaluasi. Terlebih kini muncul subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

Diketahui subvarian tersebut telah terdeteksi di Indonesia.

Dilaporkan hingga 9 Juni 2022, ada empat kasus di Bali. 1 WNI positif BA.4 dan 3 WNA positif BA.5.

"Jadi kelonggaran pakai masker di luar ruangan terbuka itu tetap akan dievaluasi apabila ada peningkatan kasus karena varian baru (BA.4 dan BA.5) maka akan diperketat lagi," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH dalam konferensi pers virtual, Jumat (10/6/2022).

Ia mengatakan, selain vaksinasi, protokol kesehatan masih menjadi cara untuk mencegah penularan Covid-19.

Meski pemakaian masker kini menjadi kesadaran masing-masing, namun pihaknya tetap menyarankan masyarakat untuk mengenakan masker.

"Karena prokes upaya utama disamping vaksinasi tentu saja kita tidak ingin lonjakan kasus lagi. Tentu saja pengetatan ini kembali ke masing-masing orang," imbuh dirut RSPI Sulianti Suroso ini.

Berdasarkan data interim subvarian BA.4 dan BA.5 di tingkat global disampaikan bahwa transmisi BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dari pada subvarian omicron sebelumnya yakni BA.1 dan BA.2.

Namun, subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.

Adapun yang perlu diwaspadai dari subvarian ini yaitu immune escape, artinya imunitas seseorang memiliki kemungkinan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh infeksi varian omicron.

Berikut Gejala dan Pencegahannya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mendeteksi subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Subvarian tersebut diketahui memiliki tingkat kesakitan rendah pada pasien yang terkonfirmasi positif.

Ada 4 kasus subvarian baru BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022.

Total 4 kasus terdiri dari 1 orang positif BA.4 seorang WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah dua kali, seperti diberitakan Kemenkes.

Sisanya, 3 orang kasus positif BA.5, yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23-28 Mei 2022.

Kondisi klinis tiga orang itu antara lain, dua orang tidak bergejala dan satu orang gejala ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal.

Rata-rata dari mereka sudah vaksin Booster bahkan sampai ada yang 4 kali divaksin Covid-19.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan, di tingkat global secara epidemiologi subvarian BA.4 sudah dilaporkan sebanyak 6.903 sekuens melalui GISAID.

Laporan tersebut berasal dari 58 negara.

Adapun 5 negara dengan laporan BA.4 terbanyak, antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.

Sedangkan BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara.

Ada 5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

“Dari laporan itu disampaikan bahwa transmisi BA.4 maupun BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibandingkan subvarian omicron BA.1 dan BA.2."

"Kemudian tingkat keparahan dari BA.4 dan BA.5 disampaikan tidak ada indikasi menyebabkan kesakitan lebih parah dibandingkan varian omicron lainnya,” kata dr. Syahril pada konferensi pers secara virtual di gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Ada 3 negara yakni Afrika Selatan, Portugal, dan Chili, yang kenaikan kasus Covid-19 dikaitkan dengan meningkatnya kasus BA.4 dan BA.5.

Sementara di Indonesia kasus adanya BA.4 dan BA.5 dimulai pada awal Juni 2022.

Dikatakan dr Syahril, yang perlu diwaspadai yaitu immune escape, artinya imunitas seseorang memiliki kemungkinan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh infeksi varian omicron.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Naik, Begini Tanggapan Presiden Jokowi, Menkes, dan Epidemiolog

Baca juga: Virus Covid-19 Sulit Untuk Hilang, Berikut Penjelasan Ahli

Apa saja gejala BA.4 dan BA.5?

Secara keseluruhan, gejala Covid-19 tetap cukup konsisten.

Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 tampaknya tidak menjadi perbedaan besar dari gejala Omicron lainnya, kata Thomas Russo, M.D., profesor dan kepala penyakit menular di Universitas di Buffalo di New York.

Mereka juga tampaknya menyebabkan penyakit yang tidak lebih parah daripada versi sebelumnya dari Omicron, dikutip dari Prevention.

Gejala Covid-19 yang paling umum menurut CDC, meliputi:

- Demam atau kedinginan

- Batuk

- Sesak napas atau kesulitan bernapas

- Kelelahan

- Nyeri otot atau tubuh

- Sakit kepala

- Hilangnya rasa atau bau baru

- Sakit tenggorokan

- Hidung tersumbat atau pilek

- Mual atau muntah

- Diare

- Pilek

Tidak sepenuhnya jelas dari mana Subvarian omicron BA.4 dan BA.5 berasal.

Namun, subvarian ini telah terdeteksi pada tingkat rendah di beberapa negara di Afrika Selatan dan Eropa, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan pada bulan Mei bahwa varian tersebut telah terlihat di Botswana, Afrika Selatan, Jerman, dan Denmark, di antara negara-negara lain.

Pencegahan yang perlu dilakukan saat ini adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dan menerima vaksin booster. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemerintah Perketat Aturan Pelonggaran Masker Jika Kasus Covid-19 Subvarian BA.4 & BA.5 Meningkat