Kepiting Langka Gorontalo

Kepiting Tapal Kuda, Hewan Purba Muncul di Gorontalo Utara, Harga Darahnya Rp 213 juta per liter

Belangkas atau kepiting tapal kuda muncul di Desa Malambe, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

|
Editor: Fadri Kidjab
(Sumber foto: Didier Descouens via Kompas.com)
KEPITING TAPAL KUDA - Foto belangkas atau kepiting tapal kuda, hewan purba yang masih hidup sekitar 250-400 juta tahun lalu. Kepiting tapal kuda dua kali muncul di Kabupaten Gorontalo Utara. 

TRIBUNGORONTALO.COM – Belangkas atau kepiting tapal kuda muncul di Desa Malambe, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

Kemunculan hewan purba ini diceritakan oleh pemerhati Kelautan dan Wisata Bahari Gusnar Lubis Ismail.

"Pada Juni 2024 saya bersama wisatawan yaitu mahasiswa Doktoral Antropologi Lingkungan dari Amerika Serikat dan Ahli Biologi Kelautan dari Denmark datang berwisata dan tertarik melihat ketam blangkas di Gorontalo, sehingga saya mengajak mereka ke Ponelo, kami menemukan keberadaan juvenil-juvenilnya dan makanan alamiahnya dikedua pantai tersebut," ujar Gusnar kepada TribunGorontalo.com Sabtu (8/2/2025).

Kini wilayah yang diduga habitat belangkas telah dilindungi oleh Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut.

Gusnar juga menegaskan pentingnya menjaga populasi dan habitatnya agar tidak terganggu oleh aktivitas manusia.

"Kepiting ini sudah dilindungi, sehingga pemanfaatannya tidak bisa sembarangan. Jangan sampai dikonsumsi atau habitatnya dirusak," tegasnya.

Lantas, apa itu kepiting tapal kuda?

Melansir Kompas.com, Kepiting tapal kuda atau horseshoe crab adalah hewan beruas dari famili Limulidae yang dalam bahasa Indonesia disebut belangkas.

Diketahui, kepiting tapal kuda hidup sejak lebih dari 400 juta tahun. 
Binatang ini dianggap istimewa karena masih bertahan hingga kini. 

Diketahui, dinosaurus yang sudah punah, muncul selepas kepiting tapal kuda, yaitu sekitar 233,23 juta tahun yang lalu. 

Rahasia kepiting tapal kuda selamat dari kepunahan massal Dokter Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta Slamet Raharjo mengatakan, kepiting tapal kuda adalah jenis kepiting purba dari family Limulidae. Berdasar fosil yang ditemukan, jenis kepiting tapal kuda ini memang sudah hidup di Bumi sejak lebih dari 400 juta tahun yang lalu. 

Saking lamanya, hewan satu ini juga disebut sebagai "fosil hidup". 

Menurut MyFWC, kepiting tapal kuda sudah hidup di Bumi jauh sebelum dinosaurus ada. 

Selama itu, hewan yang juga disebut kepiting darah biru ini tidak mengalami evolusi.

"Anatomi fosil dari era 400 juta tahun lalu sangat mirip dengan spesimen hidup dari zaman sekarang. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis kepiting ini mampu bertahan melalui berbagai zaman dan hampir tidak mengalami evolusi yang berarti," terang Slamet, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/7/2024) malam. 

Slamet mengatakan, penyebab kepiting tapal kuda selamat dari kepunahan massal hingga saat ini masih menjadi misteri. 

"Masih menjadi misteri bagaimana hewan kelas rendah seperti kepiting darah biru mampu bertahan melewati berbagai perubahan zaman," ucapnya.

Namun, ia menduga, habitat kepiting tapal kuda menjadi salah satu alasan kuat mengapa hewan ini dapat selamat dari kepunahan massal. 

"Diduga ini berhubungan dengan habitat hidup di perairan yang dampak perubahan iklimnya tidak separah wilayah daratan," kata Slamet. 

"Selain itu, diperkuat juga oleh anatomi tubuh yang terlindungi, yaitu cangkang keras seperti armadilo, sehingga tidak mudah dimangsa predator, kecuali manusia," imbuh Slamet.

Kepiting tapal kuda memiliki struktur tubuh yang terdiri dari cangkang depan (prosoma), cangkang belakang (opisthosoma), dan ekor serupa duri (telsom). 

Beberapa orang mengira bahwa kepiting tapal kuda berbahaya karena memiliki ekor berduri. Faktanya, hewan ini sama sekali tidak berbahaya. 

Ekor tajamnya itu hanya digunakan untuk membalikkan badannya ketika tergulung ombak. 

Meski memiliki cangkang yang keras, kepiting tapal kuda sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. 
Hewan ini memiliki 10 mata, sepasang mata majemuk pada prosoma dan “reseptor foto” di area lain, terutama di sepanjang ekor. 
Kepiting tapal kuda sangat peka terhadap cahaya. 

Adapun habitat kepiting darah biru ini sejak dahulu kala adalah perairan pesisir yang tenang.

Kepiting tapal kuda jadi bagian penting dari ekologi 

Kepiting tapal kuda merupakan bagian penting dari ekologi masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir. 

Telur hewan ini menjadi sumber makanan utama bagi burung pantai yang bermigrasi ke utara, seperti burung Red Knot yang terancam punah. 

Tak hanya burung, banyak spesies ikan yang juga memakan telur kepiting tapal kuda. Kepiting tapal kuda dewasa juga menjadi mangsa bagi penyu laut, buaya, keong, kuda, dan hiu. 

Punya darah biru dan terancam punah 

Sayangnya, kepiting tapal kuda masuk ke dalam daftar hewan dilindungi sejak tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 1999. 

Hewan purba satu ini memiliki keunikan yang menjadi incaran dunia medis, yaitu darahnya yang berwarna biru. 

Warna biru itu diperoleh dari hemosianin, yaitu zat tembaga yang terkandung di dalam darah tersebut. 

Dikutip dari UConn, Direktur Institut Genomik Sistem UConn Rachel O'Neill mengatakan, darah kepiting tapal kuda mengandung sel-sel bergerak yang disebut amoebosit. 

Amoebosit itu dapat menyerang bakteri dan menggumpalkannya seperti lem di sekeliling bakteri yang langsung menutup lubang-lubang dalam sistem peredaran darah. Karenanya, darah tersebut mampu mendeteksi adanya bakteri, meskipun dalam jumlah sedikit. 

Bagian darah yang membeku itu digunakan sebagai sarana pengujian bakteri. 

Tak heran, darah kepiting tapal kuda sangat berharga untuk industri farmasi dan peralatan medis.

Tanpa zat tersebut, ilmuwan kesulitan untuk mengetahui apakah obat-obatan atau vaksin mengandung bakteri, seperti E-coli atau Salmonella. 

Darah kepiting tapal kuda kerap diekstrak untuk menguji kontaminasi pada setiap vaksin, larutan garam, obat suntik, alat pacu jantung, pinggul buatan, atau perangkat implan lainnya. 

Pemanfaatan darah kepiting tapal kuda dalam dunia medis sudah berlangsung sejak beberapa dekade silam, yaitu sekitar tahun 1970-an. 
Setiap tahun, ratusan ribu ekor kepiting tapal kuda ditangkap dan dibawa ke laboratorium di Amerika Serikat untuk diambil sebagian darahnya. 

Harga darah kepiting tapal kuda bisa mencapai Rp 213 juta per liter.

 


Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Muncul Lebih Dulu dari Dinosaurus, Kepiting Tapal Kuda Bertahan Hidup hingga Kini"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved