Human Interest Story

Kisah Supriadi Adam Jualan Takoyaki di Kota Gorontalo hingga Hijrah ke Jepang Jadi Perawat Lansia

Supriadi Adam menceritakan suka dukanya bekerja di Jepang. Supriadi awalnya hanyapedagang Takoyaki di kawasan Universitas Negeri Gorontalo.

|
Penulis: Redaksi | Editor: Fadri Kidjab
Doc pribadi
Supriadi Adam 

TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Supriadi Adam menceritakan suka dukanya bekerja di Jepang.

Supriadi awalnya hanyapedagang Takoyaki di kawasan Universitas Negeri Gorontalo.

Supriadi merupakan warga asli Gorontalo. Namun kedua orang tuanya berasal dari Jawa.

Ia mulai berjualan Takoyaki di Kota Gorontalo karena baginya masih sedikit pedagang kuliner khas Jepang tersebut.

Dari penjualan Takoyaki itu Supriadi mendapatkan penghasilan 300 ribu sampai 650 ribu per hari.

Uang tersebut ditabung sedikit demi sedikit untuk pelatihan kerja ke Jepang.

Dengan kurun waktu satu tahun, ia mulai berhenti berjualan Takoyaki dan terus melanjutkan target utamanya kerja di jepang.

Pria berusia 27 tahun itu pun mempelajari bahasa jepang non verbal hanya kurun waktu tiga bulan.

Ia menempuh perjalanan ke Jogjakarta, dan di sana ia mendapatkan sertifikat bahasa dan juga sertifikat Specified Skilled Workers (SSW).

Setelah itu ia langsung terbang ke Jepang dan resmi bekerja sebagai perawat lansia.

Dengan bekerja sebagai perawat Lansia di Jepang, ia menerima upah gaji sebesar 228 ribu Yen atau Rp 23 juta per bulan.

"Perjuanganmu, tidak akan pernah mengkhianati tujuanmu," ucapnya saat dihubungi TribunGorontalo.com, Sabtu (4/5/24).

Setelah menyelesaikan tujuannya, Supriadi berharap bisa hidup lebih mandiri lalu menikah. (Magang)

 

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Ikuti saluran Tribun Gorontalo di WhatsApp: Klik DISINI

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved