Tips Karier
Mengapa Gelar Perguruan Tinggi Tidak Harus Menentukan Kariermu?
Setelah kamu lulus dari perguruan tinggi dan memasuki dunia kerja, gelarmu bisa jadi salah satu hal paling menantang
TRIBUNGORONTALO.COM – Kakak sepupuku setelah selesai kuliah, dia bekerja di salah satu bank swasta Jakarta.
10 tahun sesudahnya, dia akhirnya pindah kerja ke perusahaan Testing, Inspection dan Certification di Samarinda.
Berkat dedikasinya, kini dia telah menjadi pimpinan di perusahaan tersebut.
Kamu pasti bertanya-tanya gelar apa yang dia miliki, bukan? Ya, kamu tidak sepenuhnya salah, dia sarjana kimia murni.
Inilah realita kehidupan yang kita alami di era sekarang.
Setelah kamu lulus dari perguruan tinggi dan memasuki dunia kerja, gelarmu bisa jadi salah satu hal paling menantang yang bisa kamu bayangkan.
Tak ada salahnya jika kamu mencoba menemukan karier yang sesuai dengan gelarmu.
Tetapi, kenyataan menyadarkanmu bahwa gelar sarjana itu tak menentukan jalur kariermu.
Orang-orang biasanya masuk perguruan tinggi pada usia remaja akhir atau awal 20-an.
Selama waktu itu, kamu masih berusaha mencari tahu apa sebenarnya pasion (minat) kamu.
Pada akhirnya, kamu mungkin telah tumbuh dan menemukan minat yang tidak selalu sesuai dengan gelar yang kamu tuju untuk kuliah.
Dan hal yang sama berlaku untuk orang-orang yang telah keluar dari perguruan tinggi selama beberapa waktu.
Mungkin sulit untuk mengetahui apa yang ingin kamu kejar ketika masih sangat muda.
Dan kamu mungkin menemukan bahwa setelah bertahun-tahun kuliah dan mendapatkan pengalaman dalam angkatan kerja, kamu lebih bersemangat tentang hal lain.
Wajar jika ingin menjelajahi opsi lain yang sesuai dengan minat dan nilai kita dengan lebih baik.
Baca juga: 13 Tanda Dia Cinta Sejatimu, Nomor 9 Paling Krusial
Setelah lulus, aku mulai mengenali keterbatasan jalur karier.
Meskipun banyak waktuku terbuang percuma di kampus negeri. Ujung-ujungnya pindah ke kampus lain demi mengejar titel sarjana strata satu, kebanggaan orangtua.
Cukup menggelikan memang, ketika menghabiskan waktu hampir tujuh tahun, tapi hanya menjadi donatur kampus.
Alih-alih pindah tali toga dan meraih sarjana pendidikan, aku justru pindah universitas.
Mengulang dari awal itu penuh tantangan. Apalagi usiaku kala itu sudah 25 tahun.
Selama rentan waktu itu saya memutuskan mencari penghasilan sendiri.
Itulah sebabnya aku memutuskan untuk mengalihkan fokus menjadi penulis dan penyiar radio.
Pada dasarnya, itu adalah cara saya untuk tumbuh dan menjadi versi yang kusukai.
Hal yang tak pernah kutemukan sebelumnya ketika aku ditanyai guru sekolah adalah apa cita-citamu? Di saat teman-teman lain berlomba-lomba menyahut dokter, guru, dan presiden. Aku hanya terpaku dan menjawab sekenanya. "Orang kaya, bu."
Semua orang tertawa terkekeh-kekeh, tak terkecuali ibu guru yang manis itu.
Hingga tiba waktunya bagiku menyelesaikan pendidikan selama empat tahun.
Sepulang dari resepsi wisuda sarjana, aku hanya duduk termenung menatap ijazah itu.
Tak berapa lama, kuambil laptop dan mulai menulis di blog pribadi. Seketika ketenangan itu kembali menyapaku.
Baca juga: 11 Cara Membuat Hubungan Langgeng sampai Jatuh Cinta Berkali-kali pada Orang yang Sama
Poin yang ingin aku sampaikan adalah tidak apa-apa jika gelarmu tak sesuai dengan fokus karier kamu. Karena kadang-kadang kamu masuk ke bidang profesi berdasarkan gelarmu setelah lulus dari perguruan tinggi. Kamj mendapatkan semua pelatihan untuk pekerjaan itu dan kamu menyadari ini bukan jalan yang ingin kamu ambil.
Itu semua adalah bagian dari kehidupan dan bagaimana kamu melihatnya, dan bagaimana kamu menafsirkan sesuatu.
Kamu hanya mendapatkan satu kesempatan untuk menjalani hidup Anda.
Dan jika gelar itu tidak mampu membuatmu bahagia, ubahlah hidupmh bergairah dengan mengerjakan apa yang kamu cintai.
Sebab, mengerjakan apa pun yang disukai akan membuatmu senantiasa belajar dan berkembang menjadi versi terbaikmu.
(TribunGorontalo.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.