Usaha Arang Tempurung Gorontalo di Tangan Rudi Tembus Pasar Domestik
Di rumah produksinya di Desa Pone, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Rudi tampak sibuk.
Penulis: Redaksi |
Laporan Sri Aprilia Mayang
TRIBUNGORONTALO.COM, Gorontalo – Dua corong asap berbentuk segitiga, menjulang. Memuntahkan asap putih tebal. Di bawahnya, berserak tempurung cacah, siap dibakar.
Begitulah, kondisi tempat produksi Arang Tempurung milik Rudi, pria 43 tahun.
Di rumah produksinya di Desa Pone, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Rudi tampak sibuk.
Saat ditemui siang tadi, Selasa (19/7/2022), Rudi tampak sibuk. Ia tampak menyatu bersama kepulan asap pembakaran tempurung.
Kepada Tribun Gorontalo, Rudi berbagi cerita. Mengambil tempat sedikit menjauh dari tempat pembakaran, ia mengungkapkan, jika saban hari ia memang sibuk membakar tempurung.
Ia membeli tempurung-tempurung itu dari warga. Sekilo dihargai Rp 1.500.
Tempurung itu lalu ia bakar, hingga satu kali produksi, ia mampu menghasilkan 4 ton arang.
Beruntung, Arang Tempurung miliknya ini, sudah menembus pasar domestik.
Tidak cuma dipasarkan di Gorontalo, sejumlah tempat di luar Gorontalo, sudah menjadi tempat ekspor arang miliknya.
Sebut saja Bitung, Sulawesi Utara.
Tempurung yang sudah jadi arang, dijualnya seharga Rp 4 ribu per kg.
“Alhamdulillah sudah ada langganan yang datang mengambil dan dikirim ke Bitung jadi saya tidak perlu repot-repot lagi memasarkan," kata dia.
Hanya dari usaha itu, Rudi mengaku dapat menjamin kebutuhan keluarganya di rumah.
Bahkan saat masa pandemi sekalipung. Ia mampu bertahan berbekal usaha itu.