Luhut Pandjaitan Vs Haris Azhar

Polisi Panggil Paksa Haris-Fatian, PMII: Sinyal Matinya Demokrasi

Pemanggilan paksa terhadap Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti menjadi sinyal matinya demokrasi di rezim Indonesia Maju.

Editor: Lodie Tombeg
Tribun Aceh
Haris Azhar, Luhut Panjaitan dan Fatia Maulidiyanti 

TRIBUNGORONTALO.COM, Jakarta – Pemanggilan paksa terhadap Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti menjadi sinyal matinya demokrasi di rezim Indonesia Maju Joko Widodo-Maruf Amin.

Indikasi itu disampaikan Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) melalui Bidang Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Laporan yang diterima Bidang Polhukam PB PMII, merilis sekira pukul 07.45 WIB 18 Januari 2022, Fatia Maulidiyanti, Koordinator KontraS, disambangi di tempat kediamannya dan mengalami pemanggilan paksa oleh lima polisi dari Polda Metro Jaya.

Sementara Haris juga didatangi empat polisi langsung di tempat tinggalnya.
Kedatangan pihak kepolisian ini dilakukan guna meminta keterangan Fatia dan Haris dalam hal laporan yang dibuat oleh Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.

Hasnu Wasekjen PB PMII Bidang Polhukam mengatakan idealnya, proses hukum yang dijalankan oleh kepolisian harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan prinsip hak asasi manusia yang berlaku secara universal.

Hasnu berujar kedatangan pihak kepolisian tersebut, Fatia dan Haris menolak untuk dibawa tanpa didampingi oleh pihak kuasa hukum dan mereka memilih untuk datang sendiri ke Polda Metro Jaya siang ini, pukul 11.00.

"Pemanggilan dan proses hukum terhadap Fatia dan Haris terkesan dipaksakan oleh suatu kekuatan dan terburu-buru. Ini signal kepada rakyat bahwa matinya demokrasi di Indonesia Maju," kata Hasnu Wasekjen PB PMII Bidang Polhukam kepada sejumlah media, Selasa siang (18/01/2021).

Padahal, menurutnya jika dibandingkan dengan banyak kasus lainnya, Kepolisian kerap menunda laporan masyarakat sehingga membuat kasus tersebut mangkrak.

Bahkan, lanjut Hasnu, tak jarang Kepolisian menolak laporan masyarakat sehingga memicu tagar #PercumaLaporPolisi.

Baca juga: Erdogan Gambarkan Media Sosial Ancaman bagi Demokrasi

"Ini ekspresi rakyat sebagai bentuk ketidakpercayaannya terhadap aparat kepolisian," jelas Hasnu.

Namun, kenyataan pahitnya, jelas Hasnu, dalam kasus Fatia dan Haris, Kepolisian begitu cepat memproses dan menindaklanjuti laporan dari tubuh kekuasaan itu sendiri.

"Hal ini semakin menegaskan ada dugaan conflict of interest terhadap kasus yang melibatkan kepentingan pejabat publik," jelas Hasnu.

Hasnu mengatakan, kedatangan pihak kepolisian Polda Metro Jaya ke kediaman Fatia dan Haris juga semakin menegaskan bahwa Kepolisian dapat dijadikan alat negara untuk menakuti masyarakat yang sedang melakukan kritik terhadap pemerintah/pejabat publik atas kebijakan yang dikeluarkan.

Dengan demikian, situasi ini pun semakin memperparah kondisi demokrasi dan ruang kebebasan sipil di Indonesia yang angkanya terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.

Terlebih dalam kasus Fatia dan Haris, upaya kriminalisasi ditujukan kepada ekspresi, kritik dan riset yang dilakukan masyarakat sipil sebagai bagian dari pengawasan publik.

Menurut Hasnu, Kepolisian seharusnya bertindak profesional dengan menjamin ruang kebebasan sipil masyarakat dan tidak berpihak pada kepentingan pejabat. (Tribunnews)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PMII Kritik Langkah Kepolisian Panggil Paksa Haris dan Fatia

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved